Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/2001/Mei/pegagan.htm
Produk berbasis Ginko biloba untuk memperbaiki daya ingat akhir-akhir ini mudah dijumpai di pasar. Sayang, tanaman itu bukan berasal dari negeri kita tapi dari kawasan subtropis. Negeri kita yang dikenal sebagai a mega biodiversity country memiliki tanaman serupa. Centela asiatica L. namanya, atau dikenal dengan pegagan. Jika produk berbasis Ginko biloba mahal, mengapa tidak berpaling ke negeri sendiri?
Orang Jawa mengenal Centella asiatica L. sebagai antanan. Ada pula yang menyebutnya ganggagan, kerok batok, panegowang, rendeng, atau calingan rambut. Sementara orang Sunda menamainya antanan gede. Beberapa daerah lain memiliki nama lokal sendiri: kos tekosan (Madura), pagaga (Makassar), dau tungke (Bugis), kori-kori (Halmahera), kolotidi manora (Ternate). Di Barat sono sebutannya gotu kola. Meski belum banyak dimanfaatkan, masyarakat tradisional sudah memakainya untuk pengobatan. Utamanya oleh orang Asia, termasuk Indonesia. Bisa dikonsumsi dalam bentuk segar, dimasak menjadi sayuran, atau dijus sebagai minuman.
Menurut catatan, asal tanaman ini kepulauan sepanjang Samudera Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Selain banyak tumbuh di Indonesia, juga di pesisir timur Madagaskar, dan Mauritius. Pegagan biasanya memilih tempat yang basah, rawa-rawa, atau di sepanjang tepi sungai. Kalau di negeri kita, banyak ditemukan terutama di daerah dataran tinggi dan berbagai tempat seperti sawah, perkebunan teh, dll.
Pegagan termasuk tanaman tahunan daerah tropis yang berbunga sepanjang tahun. Bentuk daunnya bulat, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga bisa mencapai semeter tingginya. Pada tiap ruas akan tumbuh akar dan daun dengan tangkai daun panjang dan akar berwarna putih. Dengan berkembang biak secara vegetatif seperti itu, ia cepat beranak-pinak. Jika keadaan tanahnya bagus, tiap ruas yang menyentuh tanah akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Sebagai makanan otak
Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat ialah daunnya dan bagian yang berada di atas permukaan tanah.
Sebagai tanaman berkhasiat obat, pegagan telah dimanfaatkan terutama oleh masyarakat India, Pakistan, Malaysia, dan sebagian Eropa Timur sejak ribuan tahun lalu. Ia dipercaya bisa meningkatkan ketahanan tubuh (panjang umur), membersihkan darah, dan memperlancar air seni. Orang-orang Timur Jauh di Eropa bahkan menggunakannya untuk menyembuhkan lepra (penyakit menular kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae) dan tuberkulosis (TBC).
Manfaat penting lainnya, memberi efek positif terhadap daya rangsang saraf otak, dan memperlancar transportasi darah pada pembuluh-pembuluh otak. Pegagan juga dipercaya bisa menanggulangi luka bakar, sirosis hati, keloid, skleroderma, gangguan pembuluh vena, penyakit traumatis, lupus, serta meningkatkan fungsi mental.
Bahkan saat ini sudah dimanfaatkan sebagai tonik untuk memperkuat dan meningkatkan daya tahan otak dan saraf. Tanaman ini juga digunakan secara oral maupun topikal untuk meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki, mencegah varises, dan salah urat.
Selain dapat membantu meningkatkan daya ingat, mental, dan stamina tubuh, pegagan juga dapat membantu menyeimbangkan energy level serta menurunkan gejala stres dan depresi.
Dari uji klinis di India, tanaman ini dapat meningkatkan IQ, kemampuan mental, serta menanggulangi lemah mental pada anak-anak. Penelitian lain membuktikan, tanaman centella dapat meningkatkan kemampuan belajar dan memori seseorang. Karena manfaatnya itu, tanaman ini juga dikenal sebagai "makanan otak".
Di antara sekian banyak kandungan bahan aktif pada tanaman centella seperti asam bebas, mineral, vitamin B dan C, bahan utama yang dikandungnya adalah steroid yaitu triterpenoid glycoside. Triterpenoid mempunyai aktivitas penyembuhan luka yang luar biasa. Beberapa bahan aktif akan meningkatkan fungsi mental melalui efek penenang, antistres, dan anticemas.
Asiatosida berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat. Dosis tinggi dari glikosida saponin akan menghasilkan efek pereda rasa nyeri. Dikatakan juga, saponin yang terkandung dalam tanaman ini mempunyai manfaat mempengaruhi collagen (tahap pertama dalam perbaikan jaringan), misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan.
Bikin umur panjang
Manfaat yang berhubungan dengan fungsi saraf dan otak telah dibuktikan lewat berbagai penelitian. Sebanyak 30 orang pasien anak-anak yang menderita lemah mental menunjukkan kemajuan yang cukup berarti setelah diberi perlakuan dengan ramuan centella selama 12 minggu. Sebanyak enam pasien sirosis hati menunjukkan perbaikan (kecuali yang kronis) setelah dua bulan meminum ramuan centella.
Penelitian lain menunjukkan, berbagai penyakit seperti skleroderma, gangguan pembuluh vena, maupun gangguan pencernaan rata-rata dapat disembuhkan dengan ramuan itu hingga 80% setelah 2 - 18 bulan. Pada orang dewasa dan tua penggunaan centella sangat baik untuk membantu memperkuat daya kerja otak, meningkatkan memori, dan menanggulangi kelelahan.
Centella juga bermanfaat bagi anak-anak penderita attention deficit disorder (ADD). Hal ini karena adanya efek stimulasi pada bagian otak sehingga meningkatkan kemampuan seseorang untuk lebih konsentrasi dan fokus. Di samping itu juga mempunyai efek relaksasi pada sistem saraf yang overaktif.
Pendapat lain menyatakan, dalam pengobatan Ayurveda di India tanaman ini dikenal sebagai herba untuk awet muda. Juga diketahui sebagai memperpanjang usia. Hal ini terbukti dari pengamatan, gajah yang kita kenal memiliki umur panjang karena satwa ini memakan cukup banyak tanaman centella.
Mengingat manfaatnya, beberapa negara telah melakukan pembudidayaan, misalnya Hawaii. Bahkan di Oregon, AS, tanaman ini dibudidayakan di rumah kaca oleh Pacific Botanicals, pertanian herba organik. Namun, sebagian besar pasokan pasar berasal dari India yang kualitasnya kurang bagus dan biasanya berwarna kecoklatan. Kandungan bahan aktif masih cukup baik jika diproses dalam keadaan segar atau kering segar.
Nah, jika tidak mau diolok-olok pikun padahal usia belum tua, cobalah mengonsumsi pegagan.
Baca juga:
Dosis Penggunaan
Dosis penggunaan
Daun centella kering bisa digunakan seperti teh yaitu dengan menuangkan 1 - 2 sendok teh (5 - 10 g) daun pegagan ke dalam 150 ml air panas dan membiarkannya selama 10 - 15 menit. Tiga gelas biasanya diminum setiap hari. Ekstrak daun pegagan yang mengandung hingga 100% triterpenoid umumnya dapat diminum sebanyak 60 g sekali atau dua kali sehari. (Ir. Heru D. Wardana, M.Hort.Sc., peneliti tanaman asli Indonesia)
Pegagan Tanaman Apotek (pharmacy)
PEGAGAN TANAMAN APOTEK
Dalam bukunya K. Heyne menyebut tanaman pegagan mewakili seluruh apotek. Berlebihan memang, tapi kalau dilihat kegunaannya, pendapatnya itu wajar saja. Pegagan memiliki senyawa asiatikosida, senyawa antilepra yang berguna juga sebagai penyembuh luka, radang tenggorokan, perut, dan usus. Tumbuhan ini kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, kalsium, dan besi. Juga mengandung tanin yang dapat membantu mengatasi radang usus dan sakit perut.
Seluruh tanaman ini bisa digunakan sebagai pengobatan (Vademekum Bahan Obat Alami, Depkes RI, 1989). Daunnya manjur untuk menyembuhkan luka baru kecil. Daun yang diseduh ternyata bisa untuk mengobati luka-luka karena sifilis dengan mencuci lukanya. Getah dari terna – diberikan tersendiri atau dimasak sebagai sayur – bisa dipakai untuk mengobati sakit perut dan cacingan pada anak-anak. Getah dari akar yang dipanaskan bisa untuk membersihkan penanahan atau luka bernanah. Tentang penggunaan dan racikan obatnya bisa dibaca pada buku Tanaman Obat Keluarga 1 terbitan Intisari.
Masih banyak kegunaan pegagan, antara lain mengatasi hipertensi, wasir, mimisan, sakit kepala, menambah nafsu makan, dll. Tapi prinsipnya, ia berkhasiat sebagai antipiretik (penurun demam), diaforetik (perangsang pengeluaran keringat), diuretik (pendorong produksi air seni), serta infeksi. Hanya saja Heyne menggarisbawahi, tanaman ini harus digunakan dalam keadaan segar. Khasiatnya nyaris hilang dalam keadaan kering.
Penelitian pegagan sebagai antimikroba pun sudah dilakukan. Endang Ariyani dari Fakultas Farmasi UGM, misalnya. Di bawah bimbingan Drs. M. Noordin Arzani dan Dr. Moch. Amin Ramos, Endang meneliti pengaruh pegagan terhadap beberapa bakteri di antaranya Escherichia coli. Sementara Syahnida dari jurusan Farmasi Universitas Andalas meneliti ekstrak pegagan terhadap pertumbuhan beberapa bakteri, di antaranya Salmonella typhi penyebab tifus. Hasilnya positif.
Meski tumbuhan ini liar, ada yang menanamnya di halaman rumah sebagai penutup tanah. Ia suka akan tanah lembap dan cukup sinar matahari. Di pasar juga sering dijual sebagai sayuran. Daun segar rasanya agak pahit dan seperti peterseli. (Yds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar