Spirulina (Arthospira)
adalah jenis ganggang biru hijau dan sejak puluhan tahun
yang lalu telah dijadikan makanan kesehatan melalui penelitian para ahli di
dunia. Makanan yang di konsumsi manusia saat ini banyak menyebabkan
bertumpuknya toksin dalam tubuh, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti: kanker, sakit jantung, imunitas menurun, fungsi organ tubuh menjadi lemah, dan lain-lain.
bertumpuknya toksin dalam tubuh, sehingga menimbulkan penyakit-penyakit seperti: kanker, sakit jantung, imunitas menurun, fungsi organ tubuh menjadi lemah, dan lain-lain.
Spirulina mengandung: beta karotin (menguatkan
pengelihatan), vitamin B-12 (membentuk sel darah merahdalam sum-sum tulang),
zat besi (menguatkan sel darah merah dan system pertahanan tubuh), klorofil
(membuang racun dalam badan), dan karotenoid (meningkatkan fungsi anti oksidan
atau anti kanker).
Khasiat:
Meningkatkan aktivitas anti virus.
Menurunkan kadar kolesterol.
Menurunkan resiko terhadap serangan jantung.
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mengurangi keracunan pada ginjal.
Meningkatkan jumlah mikroba Lactobacillus yang terdapat pada
tubuh
Mempercepat penyembuhan luka
Mengatasi masalah kekurangan zat/mineral
Mengurangi penderitaan akibat radiasi
Komposisi:
Setiap kapsul mengandung:
Protein dan asam amino 65%
Karbohidrat 20%
Mineral-mineral 7%
Lemak 5%
Air 3%
Zat besi 10 mg
Klorofil 100 mg
Karotenoid 37 mg
Usia dr Ady Sucipto MPH masih muda ketika letih, mengantuk,
keringat mengucur, dan pandangan mulai kabur menghampirinya. Saat itu ia
menjelang 40 tahun. Dokter di Surakarta, Jawa Tengah, itu menyangka akibat
kelelahan mengurus pasien. Biang kerok semua gangguan kesehatan itu kadar gula
darah melebihi ambang batas, 300 mg/dl. Untuk mengatasi diabetes mellitus, ia
mengkonsumsi 1 tablet diamicron 3 kali sehari.
Sepuluh tahun kemudian, kadar gula darah membumbung, 500
mg/dl. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu menolak
penggunaan insulin yang dalam pemberiannya harus disuntikkan. Musabanya, ia
takut jarum suntik. Rekannya, sesama dokter, akhirnya mengganti obat untuk
menanggulangi penyakit kencing manis yang diidapnya. Berbagai obat diminum
setiap hari sebagai pengganti insulin.
Efek mengkonsumsi obat kimia tampak 10 tahun kemudian. Hasil
laboratorium menunjukkan, nilai protein urine Ady positif 4. Padahal,
seharusnya negatif. Artinya ginjal tak mampu menyaring protein darah. Tekanan
darah sang dokter melonjak 190 mmHg, nilai kadar gula 400 mg/dl dengan kadar
insulin kurang dari 3, di bawah kadar normal 3-20.
Lantaran obat kimia tak mampu menyembuhkan, Ady melirik
spirulina. Semula ia ragu spirulina mampu menuntaskan penyakit. Ia berpendapat,
Kemungkinan besar malah merusak ginjal karena mengandung garam, katanya. Untuk
meyakinkan, ia berkorespondensi dengan Bob Capelli, vice president Cyanotech di
Kailua, Hawaii, Amerika Serikat. Cyanotech produsen terbesar spirulina di dunia
dengan produksi 30 ton per bulan.
Ketika berselancar di dunia maya, Ady Sucipto memperoleh
informasi penting. Protein nabati dalam spirulina berisi asam amino yang tidak
membebani fungsi ginjal, malah memperbaikinya. Selain itu spirulina juga
meningkatkan fungsi pankreas untuk menghasilkan insulin.
Terbukti klinis
Mulailah Ady Sucipto mengkonsumsi 5 tablet spirulina 2 kali
sehari. Tubuh lebih bugar. Selama 1,5 tahun mengkonsumsi spirulina, tak ada
keluhan yang dirasakan berkaitan dengan diabetes dan hipertensi. Ia penasaran
sehingga mengecek darah ke laboratorium. Hasilnya, menggembirakan. Kadar gula
dalam darah 127 mg/dl, kadar insulin darah 12, dan nilai protein urin negatif.
Kesimpulannya dr Ady sembuh diabetes tanpa harus disuntik insulin.
Sembuhnya sang dokter dari diabetes banyak dibuktikan oleh
periset seperti Takai. Seperti dikutip Japan Society for Nutrition Food
Science, ahli nutrisi itu menyatakan, spirulina efektif menurunkan serum
glukosa puasa dan glukosa makan. Studi klinis melibatkan 15 pasien diabetes.
Penurunan gula darah puasa signifi kan setelah 21 hari mengkonsumsi 2 gram
spirulina per hari.
Dalam uji praklinis, spirulina terbukti tokcer menurunkan
tekanan darah pada tikus. Begitulah hasil riset Iwata K dari Kagawa Nutrition
University, Jepang. Yang paling berpengaruh dalam penurunan tekanan darah
adalah asam araknoidat dan nitrat oksida yang menghasilkan cyclooksigenase,
pengatur sirkulasi darah.
Asam lemak GLA (gamma linoleic acid) dalam spirulina juga
berpengaruh, kata Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI. GLA merangsang hormon prostaglandin yang
mengontrol tekanan darah, sintesis kolesterol, inflamasi, dan pembelahan sel.
Earl Mindell RPh PhD, profesor nutrisi di Pacifi c Western
University, Amerika Serikat, mengungkapkan spirulina sumber klorofil tertinggi
yang kaya mineral seperti besi, kalsium, seng, potasium, dan magnesium. Vitamin
A, B kompleks, dan fenilalanin, menekan selera makan sehingga konsumsi gula
dari karbohidrat kompleks dapat dikurangi. Alga mikro itu juga mengandung
protein densitas tinggi dan karbohidrat sederhana yang menghasilkan energi
tanpa memerlukan insulin berlebihan untuk mencernanya. Dengan begitu, kadar
gula darah tetap terkontrol.
Myoma
Spirulina tak hanya menyembuhkan diabetes mellitus. Ratna
Tanudjadja di Jakarta menderita myoma. Hasrat sembuh mendorong Ratna
mengkonsumsi spirulina cair 3 kali sehari masing-masing satu sachet isi 10 ml.
Sebulan berselang, nyeri saat menstruasi mereda. Hasil pemeriksaan ulang,
ukuran myoma di rahimnya hilang sama sekali. Menurut Richard Kozlenko DPM PhD
MPH, ahli biokimia nutrisi dari University of South Carolina, spirulina
menghambat tumor dan kanker. Myoma salah satu tumor karena pertumbuhan sel otot
rahim tidak terkontrol. Kelainan pertumbuhan sel itu disebabkan oleh rusaknya
DNA. Biasanya kerusakan DNA diperbaiki oleh enzim endonukleus. Radikal bebas
menonaktifk an aktivitas enzim itu sehingga memicu tumor. Polisakarida
spirulina meningkatkan aktivitas enzim endonukleus dan memperbaiki sintesis
DNA.
Peneliti-peneliti lain membuktikan, kalsium-spirulan atau
ekstrak air spirulina yang telah dimurnikan bersifat antivirus. Senyawa itu
molekul gula terpolimerisasi yang mengandung sulfur dan kalsium. Hamster yang
diberi ekstrak spirulina, lebih tahan terhadap infeksi virus herpes. Uji
antiviral juga dilakukan pada sel manusia dan kera yang dikulturkan pada media.
Kedua sel itu kemudian diinfeksi oleh virus HIV-1, herpes simpleks,
sitomegalovirus, influenza. Hasilnya, perkembangan keenam virus itu terhambat.
Menurut Richard sebelum menyerang virus menempelkan dirinya
pada membran sel. Kemudian virus menembus membran dan menginfeksi sel. Berkat
spirulina, membran sel tubuh menguat sehingga virus gagal menembus membran. Sel
tubuh pun aman dari infeksi. Karena tidak mendapatkan inang, virus tak bisa
memperbanyak diri. Akibatnya, ia terbunuh oleh sistem kekebalan tubuh.
Dengan efek terapi seperti itu, spirulina berpotensi untuk
mengobati AIDS. Maraknya penelitian keampuhan spirulina menyembuhkan berbagai
penyakit, membuat beberapa dokter tak segan menyarankan spirulina untuk
pengobatan. Dr Zen Djaja MD, di Malang, Jawa Timur, sejak 2 tahun lalu
meresepkan spirulina. Ia mengatakan, spirulina bermanfaat untuk pemulihan
banyak penyakit, terutama yang berkaitan dengan degeneratif (menurunnya
fungsi-fungsi sel).
Kandungan gizinya amat lengkap, ia juga kaya vitamin,
mineral, protein, dan sebagai sumber klorofil, katanya. Protein yang lengkap
dengan asam amino esensial berfungsi untuk membangun sel-sel tubuh.
Uji klinis menunjukkan spirulina ampuh mengatasi kolesterol
tinggi. Tanaman bersel satu itu digunakan sebagai diet para pekerja berkadar
kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia. Dosis konsumsi 4,2 g
serbuk spirulina setara 8 tablet per hari. Sebulan kemudian, kadar kolesterol
darah turun 4,5% dari 244 menjadi 233. Kadar Low Density Lipoprotein (LDL)
kolesterol turun 6,1%. Periset Universitas Tokai, Jepang, yang menguji klinis
menyimpulkan spirulina menurunkan kadar kolesterol darah sehingga sangat baik
untuk penyakit jantung dan arteriosklerosis.
Hasil uji prakinis di Jepang membuktikan anggota famili
Cyanophyceae itu mengurangi keracunan ginjal terhadap logam berat merkuri dan
beberapa antibiotik. Riset diarahkan pada dua indikator yaitu nitrogen darah
dalam bentuk urea dan serum kreatin. Bila tikus percobaan diberi 30% spirulina,
nitrogen darah dan serum kreatin menurun secara drastis. Bahkan setelah
tikus-tikus percobaan diinjeksi dengan dosis merkuri tinggi, nitrogen darah
bertambah 310%. Setelah diberikan spirulina, beberapa jam kemudian nitrogen
darah turun menjadi 209%. Begitu juga serum kreatin, dari 198% turun menjadi
157.
Keunggulan spirulina asam nukleatnya lebih rendah ketimbang
bakteri. Jadi tidak menyebabkan penyakit ginjal, ujar peneliti alga Pusat
penelitian dan pengembangan Oseanologi Drs Sutomo MSi. Berbagai penelitian itu
mengungkapkan keistimewaan spirulina. Meski ukurannya superliliput, 1 mm,
tetapi faedahnya amat besar. Dan itu dibuktikan melalui serangkaian riset.
sumber majalah trubus.
Spirulina Obat Manjur Abad ke-21
Spirulina dikenal sebagai pangan kesehatan terbaik abad
ke-21. Kini di berbagai daerah muncul pembudidaya spirulina berkualitas tinggi.
Sri Hatmini ingat persis ketika menjalani kemoterapi untuk
mengatasi kanker payudara stadium II. Usai kemoterapi, perempuan kelahiran
Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juni 1939 itu mual, hilang nafsu makan, dan
kuku-kuku menghitam. ”Yang lain malah banyak yang botak (akibat rambut rontok,
red),” ujar Hatmini. Munifah juga mengidap kanker payudara dan menjalani
kemoterapi serta penyinaran di RS dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, pada 2008.
Bedanya perempuan 51 tahun itu merasa bugar selama menjalani
kemoterapi dan penyinaran. Efek samping kemoterapi tak ia rasakan sama sekali.
Rahasianya ia rutin mengkonsumsi 5 kapsul spirulina 3 kali sehari. Menurut dr
Zen Djaja, dokter di Malang, Jawa Timur, kemoterapi dan penyinaran bukan hanya
membunuh sel kanker, tetapi juga merusak sel sehat. Analoginya seperti membunuh
seekor tikus di lumbung padi dengan cara membakar lumbung.
Tikus mungkin mati, tetapi padi juga hangus. Dalam konteks
kemoterapi, padi mewakili sel-sel sehat. Mengapa Munifah bugar tanpa efek
samping selama menjalani kemoterapi dan penyinaran? “Spirulina meningkatkan
sistem imunitas. Sel-sel sehat diperkuat sehingga mampu menyingkirkan sel-sel
kanker yang dianggap sebagai benda asing. Sel-sel normal menolak benda asing,”
kata Zen yang 4 tahun terakhir meresepkan spirulina kepada para pasiennya.
Menurut Zen sel kanker tak mempunyai metabolisme. Itulah
sebabnya hanya sel-sel normal yang diperkuat ketika Munifah mengkonsumsi
tumbuhan bersel satu itu. Makanan kesehatan abad ke-21 itu juga mengandung
senyawa GLA yang menghambat perkembangan sel kanker. Sedangkan klorofil dalam
spirulina menyumbangkan energi. Dengan perpaduan senyawa-senyawa itu, Munifah
pun bugar sepanjang menjalani kemoterapi.
Teknologi mutakhir
Spirulina yang dikonsumsi Munifah hasil budidaya PT Trans
Pangan Spirulindo (TPS) di Teluk Awur, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ketika
Trubus ke sana tampak bak-bak berisi air kehijauan, pipapipa, dan selang
berkelindan di bangunan yang berderet-deret di lahan 4 ha. Di bak-bak itulah
TPS membibitkan Spirulina platensis. TPS mengelola 5 kolam dari 9 kolam
tersedia di sana. Ukuran kolam 20 m x 10 m.
Perusahaan pangan itu membudidayakan spirulina dengan
teknologi mutakhir. Media spirulina berupa air laut yang dimurnikan dengan
filter mekanik, biologis, kimiawi, dan sinar ultraviolet. Penyaring mekanik
berupa mesin diesel 11,4 PK berkekuatan sedot 30 m3 per jam. Mesin menyedot air
laut melalui pipa-pipa besi berdiameter 25 cm yang ditanam di bawah dermaga.
Dari pompa diesel, air mengalir ke pompa filter berkekuatan 15 m3 per jam.
Di pompa filter itulah terjadi penyaringan mekanik dengan 2
tingkat ukuran filter. Setelah itu barulah dilakukan penyinaran ultraviolet.
Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi, menjaga salinitas air pada 20 –
30 ppt persis habitat asli Spirulina platensis. Jika salinitas lebih besar, ia
menambahkan air tawar. Sebaliknya bila salinitas anjlok, ia menambahkan air
laut. Alumnus Biologi Universitas Gadjah Mada itu mensterilkan air di bak
penampungan dengan memberi 30 ppm kaporit. Air diendapkan semalam dengan blower
menyala untuk menghilangkan ion klorin (Cl-) dari ikatan kaporit sehingga
keluar menjadi gas klorin (Cl2). Penyaringan air berikutnya secara mekanik
dengan saringan 1 mikron. Setelah itu diblower sehari semalam agar kandungan
oksigen naik kembali. Air steril itulah yang dimanfaatkan sebagai media
spirulina. Sejak air disedot sampai siap pakai, memerlukan waktu minimal 3
hari.
Mutu
Singkat kata TPS memproduksi spirulina dengan tingkat
higienitas amat tinggi. Arif Sudarminto, asisten koordinator produksi,
mengatakan kapasitas produksi TPS 300 kg spirulina sepekan. Namun, kini
produksi baru 120 kg per bulan. Pada Maret 2010 TPM meningkatkan produksi
sesuai kapasitas mesin. Spirulina dari TPS itulah yang antara lain dikonsumsi
Munifah.
Itu membuktikan bahwa kualitas spirulina itu setara dengan
spirulina impor yang kini banyak beredar di Indonesia. Hasil uji laboratorium
Balai Besar Industri Agro menunjukkan spirulina produksi TPS antara lain
mengandung 69% protein, 377 kal energi, 189 mg vitamin C, dan 1.376 mg fosfor.
Itu setara standar mutu spirulina dari mancanegara. Aunu Rofiq dari TPS
mengatakan seorang importir yang biasa mendatangkan spirulina dari Tiongkok
meragukan hasil laboratorium itu.
Ia membawa sampel dan menguji ulang di Kualalumpur,
Malaysia. Hasilnya sama. Oleh karena itu importir memesan rutin 20.000 botol
spirulina masing-masing 60 kapsul per bulan. Sayangnya, perusahaan itu enggan
membeberkan soal harga jual dan biaya produksi. Selain TPS, pembudidaya lain
spirulina adalah Sadewa Sanubari – nama samaran – dan Dr Noorsalam Nganro di
Bandung, Jawa Barat.
Sanubari membudidayakan Spirulina platensis di bak-bak beton
berukuran masing-masing 8 m x 2 m x 0,3 m itu berjajar dengan jarak 50 cm.
Satu-satunya perlengkapan “modern” di bak-bak itu hanyalah aerator untuk
meningkatkan oksigen terlarut. Lokasi budidaya di ketinggian 700 m di atas
permukaan laut. Umur produksi spirulina relatif singkat, 7 – 9 hari.
Dari bak-bak sedalam 20 cm itu, ia rutin memanen 100 kg
spirulina kering per bulan. Itu untuk memenuhi permintaan 4 produsen suplemen.
Spirulina produksi Sanubari juga bermutu tinggi.
Berkhasiat
Spirulina baik lokal maupun mancanegara layak menjadi
suplemen lantaran kandungan gizinya lengkap dan mudah diserap tubuh (baca:
ilustrasi). Menurut dr Otjoeng Handajanto, ahli terapi kolon di Bandung,
spirulina merupakan pangan yang 100% bersifat basa. Tubuh memerlukan makanan
basa minimal 80% dan maksimal 20% makanan bersifat asam. Contoh makanan
bersifat asam adalah daging dan telur; pangan basa, buah dan sayuran.
Sel-sel kanker bersifat anaerob alias hidup dan mudah
berkembang biak tanpa oksigen. Ketika konsumsi pangan bersifat asam berlebih,
menyebabkan penggumpalan darah. Kadar oksigen darah berkurang. Konsumsi
spirulina mengencerkan darah agar kadar oksigen terlarut meningkat. Bagi pasien
kanker, spirulina menaikkan pH darah yang asam, 6 – 5,7; pH darah normal, 7,3.
Sedangkan bagi orang yang sehat konsumsi spirulina sebagai
pangan bersifat basa membantu mencegah sel kanker. Spirulina terbukti sebagai
bahan pangan bergizi lengkap. Konsumsi spirulina rutin mampu membangun
kesehatan yang prima. Persis anjuran bapak kedokteran, Hipokrates: jadikan
makanan sebagai obatmu. sumber majalah trubus.
Saat Liliput Berubah
Wujud
Hamparan jaring peneduh yang melingkupi 2 hektar lahan di
Distrik Dong Ying, Provinsi Shandong, RRC Utara, terlihat megah. Di bawahnya
tampak kolam-kolam berukuran besar berisi air kehijauan. Dari sanalah
serbuk-serbuk spirulina yang tengah dikemas karyawan sebuah pabrik di kawasan
Cikarang, Bekasi, berasal. Fenomena itu tak ubahnya di Kepong, Malaysia yang
mengemas spirulina kiriman dari Hawaii, Amerika Serikat.
Spirulina yang dipasarkan dalam berbagai kemasan di tanahair
memang semuanya impor, antara lain dari Cina, Jepang, India, dan Amerika
Serikat. Di Indonesia bukannya tidak ada tempat cocok untuk pengembangbiakan
makhluk berukuran mikroskopik itu. Alasan belum ada investor yang memandang
spirulina sebagai makanan kesehatan itulah yang paling tepat dikedepankan.
Memang tidak banyak tempat bisa dijadikan ladang
pengkulturan spirulina. Jasad liliput itu butuh persyaratan spesifik untuk
hidupnya. Selain perairan basa, pH di atas 8,5, tempat itu harus steril dari
pencemaran udara, seperti debu dan zat-zat kimia berbahaya. Bahkan menurut Prof
Riset I Nyoman Kabinawa, ahli teknologi kultur mikroalga Indonesia, lingkungan
pun harus tenang.
Itulah sebabnya Ultra Trend Biotech produsen Spiruplus
memilih Dong Ying di Provinsi Shandong, RRC Utara, untuk lokasi budidaya. Kami
butuh waktu 1 bulan untuk mengapalkan serbuk spirulina hingga Cikarang, ungkap
Billy Gan, presiden direktur Ultra Trend Biotech Indonesia.
Pembudidayaan spirulina juga dilakukan oleh Cyanotech
Company di Hawaii, Amerika Serikat, tetapi kondisi tempatnya berbeda. Produsen
spirulina yang didistribusikan dengan nama Luxor itu menambang spirulina di
lautan bebas. Hampir tak ada perbedaan cara pengolahannya. Sebab, keduanya
sama-sama dibudidayakan di aliran air tenang. Berikut pembudidayaan spirulina
seperti yang dituturkan Billy Gan dari Ultra Trend Biotech dan Bob Capelli dari
Cyanotech Company langsung kepada Trubus.
Kedua perusahaan, Ultra Trend Biotech dan Cyanotech Company
membudidayakan jenis Spirulina platensis. Bibit spirulina diperoleh secara
kultivasi di laboratorium. Setelah penyeleksian selesai, terpilihlah bibit
spirulina terbaik. Bibit itu lantas dimasukkan ke dalam galon masing-masing
bervolume 19 liter. Galon itu berisi nutrisi agar ganggang biru-hijau itu
tumbuh lebih cepat. Sebab, untuk mengisi seluruh kolam paling tidak dibutuhkan
bibit sebanyak 10 galon.
Bibit itu dimasukkan ke dalam kolam perbanyakan. Pemindahan
bibit dilakukan pada awal Mei. Pada bulan itu suhu di Dong Ying cukup hangat,
20?C, cocok untuk memulai budidaya. Kolam terbuat dari semen, berukuran tinggi
60 cm, lebar 6 m, dan panjang mencapai 100 m. Kolam ini diisi air tawar sampai
ketinggian 30 cm. Air yang digunakan dipompa dari dalam tanah agar
kebersihannya terjamin. Beda halnya dengan pembudidayaan spirulina di Cyanotech
Company. Sumber air yang digunakan berasal dari dasar laut yang kedalamannya
mencapai 6.000 meter. Air itu masih murni dengan kandungan mineral lengkap,
kata Bob Capelli.
Setiap kolam dilengkapi pemutar yang digerakkan listrik,
dengan kecepatan 3-4 m/detik. Pemutar ini digunakan untuk mengaduk air kolam,
sehingga semua bibit spirulina dapat memperoleh sinar matahari. Apabila air
tidak diputar, sinar matahari hanya mengenai spirulina di permukaan atas kolam.
Setiap hari ditambahkan mineral ke dalam kolam. Unsur-unsur seperti nitrogen,
potasium, besi, serta unsur penting lainnya dapat meningkatkan kualitas
spirulina.
Musim tanam atau penyebaran bibit spirulina dilakukan pada
Mei hingga Oktober. Spirulina sudah bisa dipanen 3-5 hari kemudian. Pemanenan
dilakukan setiap hari. Bahkan, saat puncak musim panas, panen spirulina
berlangsung setiap jam agar terhindari dari ledakan populasi. Cara panen, air
kolam di pompa dan dimasukkan ke penyaring. Lantas spirulina yang tersaring
dicuci menggunakan air bersih agar semua kotoran hilang. Setelah bersih,
spirulina itu dikeringkan lantaran masih mengandung 80% air. Sedangkan air yang
keluar dari saringan dimasukkan kembali ke dalam kolam.
Spirulina yang telah dicuci dimasukkan ke spray drier. Panas
yang disemprotkan mesin mengubah bentuk spirulina, dari cairan menjadi bubuk
kering. Teknologi lain diaplikasikan Cyanotech. Pengalaman 23 tahun memproduksi
spirulina Cyanotech menemukan proses teknologi ocean chill drying. Proses
pengeringan beku itu menjamin tidak terjadinya oksidasi terhadap karoten dan
asam lemak spirulina. Produk bisa bertahan lebih dari 5 tahun.
Bubuk spirulina dikemas dalam vacuum pack lalu disimpan ke
dalam tong terbuat dari kertas. Dari Shandong, Cina, Ultra Trend Biotech
mengirimkan 200 tong masing-masing berisi 50 kg bubuk spirulina melalui laut ke
Indonesia. Setelah 30 hari perjalanan, sampailah di Cikarang, Bekasi, Jawa
Barat. Sedangkan Cyanotech mengirimkan bubuk spirulinanya ke Kepong,
Kualalumpur, Malaysia.
Setibanya di pabrik pengemasan, bubuk spirulina langsung
masuk ruang penyimpanan berpendingin. Saat akan diolah serbuk berwarna hijau itu
baru dikeluarkan. Ada yang memasukkan serbuk itu ke dalam kapsul, ada juga yang
dibentuk menjadi tablet. Dalam satu hari, masing-masing perusahaan mampu
mencetak 250.000 kapsul dan tablet spirulina. Setelah dikemas dalam botol dan
kardus, produk siap dipasarkan ke konsumen di seluruh Indonesia. sumber majalah
trubus.
Kecil Sosoknya, Besar
Manfaatnya
Disebut-sebut sebagai makanan abad ke-21, itu lumrah.
Spirulina memang kaya gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tidak
berlebihan bila Ir Fifi Widjaja M Nat Res, dosen senior di Institut Pertanian
Bogor, menyatakan makhluk di dunia tidak akan kelaparan selama masih ada yang
bernama alga-salah satu di antaranya spirulina. Kini terbukti beragam penganan
berbahan spirulina dibuat. Rasanya, ehm?, menggoyang lidah.
Hampir tak percaya kue yang dibawa ke kantor redaksi Trubus
oleh Nino Satrahusada dibuat dari spirulina. Bentuk dan kemasannya mirip kue
bolu. Ini berbahan baku campuran spirulina, katanya. Komposisinya memang tidak
diketahui. Mungkin lebih banyak bahan terigu atau gulanya ketimbang spirulina.
Namun yang jelas rasanya gurih alami, bukan berasal dari monosodium glutamat.
Beberapa bulan sebelumnya, produsen mi terkenal di Jakarta
juga membutuhkan alga hijau biru itu. Kami mau mencoba menambahkan spirulina ke
dalam adonan mi. Maksudnya agar cita-rasa mi menjadi lebih sensasional, ungkap
perempuan yang tidak mau disebut namanya itu. Hal serupa telah dilakukan
keluarga Profesor I Nyoman Kabinawa di Bogor sejak belasan tahun lalu. Kalau
masak mi instan, saya tambahkan spirulina. Ibu (istri Kabinawa, red) baru saja
membuat puding dengan campuran spirulina, tutur ahli spirulina di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI Cibinong itu.
Sembilan jenis
Spirulina boleh jadi masih asing di telinga sebagian besar
masyarakat Indonesia. Sebab, di tanahair sampai sekarang belum ada satu
perusahan pun yang membudidayakannya. Semua produk spirulina yang beredar di
pasaran didatangkan dari Taiwan atau Amerika Serikat. Padahal secara tidak
sadar, jasad berukuran mikroskopis itu mungkin sering ditemui. Ia menghuni
danau atau kolam terbuka di perairan tawar, payau, hingga laut.
Anda pernah melihat kubangan air berwarna hijau? Di situ
kemungkinan ada spirulina menyatu dengan jenis-jenis alga lainnya, ucap Kabinawa,
penemu varian lokal jenis Spirulina platensis. Meski berukuran sangat kecil,
2-5 mikron, tapi kumpulan spirulina yang mencapai ukuran maksimal 2 mm dapat
dilihat dengan mata telanjang. Situ Ciburuy, Padalarang, dan Ranu Klakah, Jawa
Tengah, adalah lokasi sebaran spirulina. Menurut Kabinawa ada 9 jenis spirulina
yang dikenal selama ini: Spirulina platensis, S. maxima, S. subsalsa, S.
priceps, S. curta, S. caldria, S. substilis, S. spiruloides, dan S. laxissima.
Namun dari jumlah itu hanya S. platensis, S. maxima, dan S. subsalsa yang
populer. Dua di antaranya yakni S. platensis dan S. maxima sudah dikembangkan
secara komersial.
Sebuah perusahaan di Meksiko memproduksi Spirulina maxima 2
ton/hari. India, Israel, Amerika Serikat, Taiwan, dan Cina mengembangkan S.
platensis. Mereka mengekspor spirulinanya ke hampir seluruh dunia. Termasuk
Israel yang produksinya mencapai 120.000 ton/tahun baik untuk konsumsi manusia
maupun hewan ternak. Subsalsa belum diusahakan besar-besaran karena endemik
Peru, tutur pria berpenampilan eksentrik itu.
Gizi sama
Sebagai pembeda masing-masing jenis itu adalah morfologi,
seperti ukuran sel dan panjang putaran spiral-spirulina berbentuk spiral.
Spirulina terkecil dimiliki jenis caldria, 1 mikron; terbesar maxima mencapai
12 mikron. Platensis yang lokasi penyebarannya merata dari air tawar, payau,
dan laut berkisar 3,5-5 mikron.
Sedangkan soal habitat tidak menjadi klasifikasi mutlak.
Musababnya dengan diadaptasi selama 2-3 tahun, faktor salinitas yang secara
teoritis menjadi pembatas bisa dikesampingkan. Artinya semua jenis memungkinkan
dibudidayakan di air tawar, payau, hingga laut.
Meski berbeda jenis, pada dasarnya kandungan gizi spirulina
sama. Perbedaan tidak terlalu mencolok terjadi karena lokasi pembudidayaan,
teknik kultur dan media, serta pemrosesan yang berlainan. Spirulina platensis
misalnya, dengan sistem dan teknik pembudidayaan tertentu kandungan proteinnya
bisa mencapai 71%. Sebaliknya kandungan proteinnya melorot cuma 65% dengan
sistem lain. Spirulina maxima yang banyak dibudidayakan di perairan laut kadar
proteinnya berkisar 60-68%.
Itulah sebabnya ada perusahaan yang khusus memproduksi
spirulina untuk konsumsi manusia dan ada pula yang khusus untuk pakan ternak
karena perbedaan kandungan nutrisi. Spirulina yang beredar di pasaran umumnya
mengandung protein 63-65%, karbohidrat 15-17%, lemak 2,4%, dan serat 1,76%.
Unsur-unsur lainnya seperti kalsium, magnesium, zat besi, betakaroten, dan
klorofil-a sangat bervariasi. Demikian rantai karbonnya berlainan karena
berbeda lokasi pembudidayaan.
Spirulina yang dibudidayakan di air laut mengandung banyak
omega 3 karena berantai karbon panjang, C25-C26. Yang di air tawar berantai
karbon pendek, C18-C20, berarti omega 6-nya jauh lebih banyak. Namun, semua itu
bisa dimodifikasi dengan teknik dan media pembudidayaan. Contohnya S. subsalsa
kadar betakarotennya bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 0,1% menjadi 28%.
Itu artinya 2.800 kali lebih tinggi dibanding wortel. Karena kandungan gizi
yang demikian tinggi itulah spirulina digadang-gadang bisa menjadi suplemen
kesehatan. sumber majalah trubus.
Camilan Kaya Gizi
Lima abad lalu penduduk di sekitar Danau Texcoco, Meksiko,
memiliki kebiasaan menyantap camilan biskuit setiap hari. Namun, bukan
sembarang biskuit yang dilahap. Biskuit yang disebut tecuitlatl itu dibuat dari
ganggang biru kehijauan yang diperoleh dari kedalaman danau. Karena rajin
memakan biskuit itu penduduk Danau Texcoco jarang sakit.
Nun di Danau Chad, Afrika, penduduk Kanembu pun sehat-sehat.
Setelah diselidiki mereka diketahui sering mengkonsumsi dihe. Penganan mirip
kue kering itu dibuat dari spirulina. Penduduk mengumpulkannya dengan kelambu
pada musim panas saat terjadi booming spirulina di danau. Suku Aztec malah
sudah sejak lama memanfaatkan spirulina untuk memperbaiki gizi mereka, ujar
Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, guru besar Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Institut Pertanian Bogor.
Menurut Ali, spirulina bisa memperbaiki gizi karena ia
mengandung 70% protein. Asam-asam amino yang terkandung di dalamnya berperan
memperbaiki sel-sel rusak dan meningkatkan sistem imun tubuh. Karena itu sejak
lama spirulina sudah dimanfaatkan manusia, ujarnya.
Asam amino esensial
Protein dalam spirulina tersusun dari asam amino esensial
yang tidak dimiliki tubuh seperti valin dan isoleosin. Padahal, asam amino itu
berperan mengganti protein yang rusak. Konsumsi spirulina 36 g per hari sudah
bisa mencukupi kebutuhan asam amino bagi tubuh orang dewasa, ujar Prof Dr dr
Alfred A Djajakusumah, ahli biokimia kedokteran Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Bukti serupa diungkapkan Clare M. Hasler, PhD dari
Department of Food Science and Human Nutrition, University of Illinois, di
Amerika Serikat. Clare menyebutkan susunan protein spirulina berguna memperkuat
struktur dan fungsi sel-sel makhluk hidup. Itu karena spirulina mengandung zat
proteinogenik yang berfungsi sebagai sistem pengatur metabolisme tubuh.
Sedikitnya setiap 10 g spirulina yang dikonsumsi memberikan kontribusi protein
setara 5,5-7 g bagi tubuh, ujar Ali Khomsan.
Berdasarkan hasil uji coba J.E Pinero Estrada dari
Departemen Farmakologi, Universitas Madrid di Spanyol, spirulina diketahui kaya
antioksidan karena kandungan beberapa pigmen pembentuk protein seperti
phykosianin, zeasantin, dan klorofi l. Phykosianin merupakan antioksidan
pelindung hati dan ginjal. Zeasantin melindungi mata terutama saat berusia
lanjut. Klorofi l bersifat antikanker dan antiracun.
Antioksidan
Ganggang biru kehijauan itu juga memiliki vitamin dan
mineral yang lengkap. Spirulina termasuk satu-satunya tumbuhan yang mengandung
vitamin B kompleks terlengkap: B1, B2, B3, B6, dan B12. Setiap 10 g spirulina
mengandung vitamin B1 (thiamin) 0,31 mg, B2 (riboflavin) 0,35 mg, B3 (niacin)
1,46 mg, B6 (pyridoxine) 80 mcg, dan B12 (cobalamine) 32 mcg.
Peran vitamin B sangat penting. Misal vitamin B12, membantu
pembentukan sel darah merah, sumsum tulang, dan memperbaiki sistem saraf.
Vitamin B12 juga dapat mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Vitamin
B12 merupakan koenzim yang penting untuk sintesis DNA dalam mengontrol
pembentukan sel-sel baru, ujar doktor ilmu home economics education dari Iowa
State University di Amerika Serikat itu.
Vitamin A dan betakaroten yang demikian tinggi di dalam
spirulina-23.000 IU per 10 g-memiliki fungsi sebagai antioksidan. Kandungan
betakaroten dalam spirulina mencapai 10 kali lipat lebih banyak daripada lobak
dan wortel, ujar Ali Khomsan. Mereka dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan
sel-sel tubuh, dan memperbaiki fungsi mata. Peran lain sebagai tembok
penghalang berkembangnya tumor ganas dan perubahan kromosom.
Menurut Ali Khomsan, vitamin A, D, B12, betakaroten, dan
mineral yang dimiliki spirulina mempunyai peranan penting dalam pembentukan
tulang. Vitamin D bersama kalsium dapat memperkuat tulang dan gigi. Hasil penelitian
Carlos Jime'nez dari Department of Ecology, University of Malaga di Spanyol
Menunjukkan kalsium selain mengeraskan tulang, juga berfungsi meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.
C. Wayne Weart dari Department of Pharmacy, University of
South Carolina di Amerika Serikat mengungkap mineral lain yang terkandung dalam
spirulina seperti magnesium, zink, selenium, dan zat besi memiliki peran tak
kalah penting. Zink misalnya membantu memastikan fungsi-fungsi enzim di tubuh
berjalan sempurna. Yang lain seperti selenium mampu mencegah gondok. Zat besi
pada spirulina 58 kali lebih banyak daripada bayam dan 18 kali lebih tinggi
dari daging, ujar Ali Khomsan. Zat besi itu selain ikut membantu pembentukan
darah juga menguatkan sistem imun.
Karena kandungan yang luar biasa itu, spirulina dijadikan
suplemen kesehatan. Ia disebut-sebut sebagai makanan abad 21. Paling tidak 12
penghargaan dari badan-badan pangan dan kesehatan dunia disematkan kepada yang
namanya spirulina. Pantas saja berjuta-juta pil spirulina telah diproduksi
untuk membantu masyarakat yang malnutrisi dan untuk mengatasi berbagai
penyakit. (Hermansyah)
Protein spirulina
dibandingkan komoditas lain
Nutrisi Kandungan
(%DV)
Vitamin A 460
Betakaroten 460
Vitamin B-12 330
Vitamin D 300
Zat besi 80
Selenium 14
Magnesium 10
Seng 2
Nutrisi spirulina dalam persentase
angka kecukupan konsumsi per 10 g
Makanan Kandungan
protein (%)
Spirulina 60-70
Kacang kedelai 30-35
Daging lembu 18-22
Ikan 16-20
Telur 12-16
Tahu 8
Susu 3
Sumber: Sureco muhibah network, http://www.spirulina.com/,
dan telah diolah dari berbagai sumber.
Singkap Tabir Faedah
Bianglala
Mata kanan Prof I Nyoman Kabinawa mengintip lensa okuler
pada mikroskop. Wajahnya berbinar ketika periset Pusat Penelitian Bioteknologi,
Lembaga Ilmu Pengetahunan Indonesia itu melihat cahaya hijau, biru, merah, dan
kuning. Warna bak pelangi itu dipantulkan oleh spirulina yang diambil dari
Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Melihat warna-warni spirulina, Prof I Nyoman Kabinawa yakin,
Pasti spirulina kaya pigmen. Pigmen itu zat warna alami yang mengindikasikan
makhluk supermini itu kaya nutrisi. Itulah penelitian Kabinawa pada awal 1980.
Hasil riset membuktikan, spirulina kaya protein. Tujuh puluh persen sel
spirulina mengandung protein. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan sumber lain
seperti daging hewan dan ikan mengandung 15-25% protein, ayam (24%), kedelai
dan susu (35%), kacang-kacangan (25%), dan biji-bijian (14-18%).
Menurut Keishiro Wada dari Departemen Biologi, Osaka
University, Jepang, spirulina kaya asam amino. Dengan metode analisis sekuen,
ia menemukan 16 jenis asam amino antara lain lisin, histidin, arginin, alanin,
threonin, serine, glutamat, dan prolin. Beragamnya kandungan gizi spirulina
meningkatkan keingintahuan peneliti tentang khasiatnya.
Antivirus
Penelitian awal khasiat spirulina terhadap kesehatan
dilakukan oleh Lumsden dan D. O. Hall dari University of London King's College,
London pada 1974. Mereka membuktikan kandungan zat besi spirulina lebih tinggi
dibanding bayam.
Spirulina juga mengandung enzim superoksida dismutase
penghambat kerusakan sel akibat radikal bebas, terutama sel kulit, jaringan
otak, dan indra. Superoksida dismutase terbukti melindungi tubuh dari berbagai
kerusakan DNA dan gangguan metabolisme seperti peroksidasi lemak, protein
denaturasi, dan degradasi sel progresif. Para periset itu yakin spirulina mampu
menggempur berbagai penyakit.
Penelitian efek antivirus dari ganggang pertama kali
dilakukan oleh Gustafson KR dan Cardellina JH II dari National Cancer Institue
pada 1989. Namun, ganggang yang digunakan berupa alga biruhijau Lyngbya
lagerheimii dan Phormidium tenue. Komponen paling berpengaruh:
sulfoglycolipids. Dalam risetnya, sel manusia yang diinduksi ganggang hijau
pada konsentrasi tertentu ampuh menghadang serbuan infeksi virus HIV-1. Dari
600 jenis ganggang biru-hijau, efek antivirus hanya dimiliki 60 jenis, termasuk
Spirulina platensis.
Itu dibuktikan oleh Hayashi dari Fakultas Ilmu Farmasi,
Toyama Medical & Pharmaceutical University, Jepang. Seperti dikutip Journal
of Natural Production, Spirulina platensis menghambat replikasi herpes simplex
virus (HSV-1) pada sel hela dengan konsentrasi 0,08-50 mg/m. Ekstrak itu tidak
berefek mematikan virus, tetapi mengubah virus agar masuk ke dalam sel. Virus
kemudian disintesis proteinnya hingga mengecil dan tak berdaya. Tak ada efek
apa pun pada sel tubuh, bahkan mencegah pembesaran organ hati. Dosis spirulina
yang aktif mematikan virus 0,173-26,3 mg/ml.
Kalsium spirulan
Efek antivirus spirulina berasal dari polisakarida sulfi t
bernama kalsium spirulan. Ia menghambat replikasi virus yang terbungkus lemak.
Tak hanya herpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang enyah, tapi juga human
cytomegalovirus (HVMV), campak, mumps, dan influenza. Hayashi juga menemukan
kalsium spirulan penghambat HIV-1.
Jika dibandingkan dengan dextran sulfat (DS)-zat sintesis
anti-HIV-spirulina memiliki kekuatan 4-5 kali lebih besar. Sebab, kalsium
spirulan bersifat antikoagulan lebih rendah dibanding DS, sehingga lebih mudah
menghambat pergerakan virus. Kalsium spirulina juga memiliki waktu hidup pada
aliran darah lebih lama dibandingkan DS. Oleh karena itu, spirulina digunakan
dalam pengobatan AIDS.
Selain antivirus, spirulina juga terbukti antikanker.
Penelitiannya dimotori oleh Mathew B dan Sankaranarayanan seperti dikutip
Journal Nutrion of Cancer pada 1995. Riset itu melibatkan 87 pengidap
leukopia-prakanker-akibat mengunyah tembakau. Sebanyak 44 orang diberi asupan
spirulina 1 gram per hari, sedangkan 43 orang lainnya kapsul zat kimia untuk kanker.
Hasilnya, sebaran kanker orang yang mengkonsumsi spirulina terhambat 45%,
sedangkan yang mengasup obat kimia kanker hanya 7%.
Betakaroten juga berpengaruh terhadap kanker, kata Kabinawa.
Menurut Henrickson dalam bukunya Spirulina, Earth Food, kandungan betakaroten
spirulina paling tinggi dibandingkan sumber makanan lainnya, 23.000 IU per 10
g. Itu berarti 2 kali lebih tinggi daripada semangkuk wortel dan kentang, 4-5
kali lebih tinggi daripada Chlorella, atau 20 kali lebih tinggi daripada
semangka. Lembaga Kanker Amerika membuktikan sayuran tinggi betakaroten
menurunkan risiko semua jenis kanker.
GLA
Pada 1990, Iwata dan Munakata dalam Journal of Japan Society
for Nutrition Food Science meneliti pengaruh spirulina terhadap pekerja
berkadar kolesterol tinggi, hipertensi ringan, dan hiperlipidemia.
Masing-masing pekerja diberikan 4,2 g serbuk spirulina per hari. Setelah 4
minggu terjadi penurunan 4,5% kadar kolesterol darah, dari 244 mg/dl menjadi
233 mg/dl dan LDL kolesterol turun 6,1%.
Oleh karena itu, periset Departemen Kesehatan dan Penyakit
Dalam, Universitas Tokai, Jepang, menyimpulkan spirulina menurunkan kadar
kolesterol darah tanpa efek samping, sehingga baik bagi pencegahan penyakit
jantung dan arteriosklerosis. Menurut Kabinawa, itu merupakan hasil kinerja GLA
(gamma linoleic acid), prekursor prostaglandin tubuh. Prostaglandin berfungsi
mengontrol hormon untuk menjalani fungsi tubuh seperti pengaturan tekanan
darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan pembelahan sel.
Spirulina juga tak secara langsung membasmi
penyakit-penyakit dalam tubuh. Penelitian Parada dan de Caire dari Universitas
Buenos Aires, Argentina, menyebutkan asupan 5% spirulina meningkatkan populasi
Lactobacillus dalam usus sebanyak tiga kali lipat dan menekan pertumbuhan cendawan
Candida albicans.
Seperti dikutip International Journal of Food Microbiology,
Parada membuktikan adanya peningkatan imunitas tubuh disebabkan kenaikan jumlah
bakteri laktat seperti Lactococcus lactis, Streptococcus thermophilus,
Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus bulgaricus.
Pada manusia Lactobacillus memiliki 3 fungsi: meningkatkan pencernaan dan
penyerapan makanan, melindungi dari infeksi, dan melindungi sistem kekebalan
tubuh.
Jumlah bakteri asam laktat dalam tubuh yang sedikit
menyebabkan penyerapan nutrisi makanan terganggu. Itu terjadi pada pasien
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyerapan nutrisi rendah lantaran
infeksi usus oleh Candida albicans. Itu sebabnya, ahli medis di Amerika Serikat
kerap memberikan spirulina agar jumlah bakteri Lactobacilus naik dan Candida
albicans hilang. Pada akhirnya, gizi makanan lebih mudah diserap tubuh dan
kesembuhan pun diperoleh. Hingga hari ini penelitian tentang spirulina terus
berjalan. Tujuannya mengungkap khasiat lain meski faedah ganggang hijau-biru
itu amat banyak. Persis seperti warnawarni yang dipantulkan. sumber majalah
trubus.
Cegah si Upik Gugur
Dua kali toksoplasma merenggut janin Dwi Istikomah. Rutin
mengkonsumsi ekstrak ganggang, Istikomah pun sukses menimang buah hati.
Sepulang kerja, Dwi Istikomah yang tengah hamil 3 bulan
tiba-tiba letih luar biasa. Malam harinya ia demam dan pandangannya
berkunang-kunang hingga jatuh pingsan. Nugroho Heri, sang suami, melarikan
Istikomah ke rumahsakit. Dokter tak dapat mempertahankan janin lantaran
Istikomah positif toksoplasma dengan angka IgG mencapai 166, seharusnya
negatif. Keguguran pertama itu pada Oktober 2006.
Setelah kondisinya pulih, perempuan 28 tahun itu memperbaiki
pola makan, memperbanyak konsumsi protein, vitamin, dan suplemen untuk
meningkatkan stamina. Apoteker alumnus Universitas Setia Budi Surakarta itu
kembali hamil setahun berselang. Namun, kehadiran janin itu membuat stamina
Istikomah anjlok.
“Gejalanya seperti kehamilan pertama,” kata Istikomah. Tim dokter
sebuah rumahsakit di Kudus, Jawa Tengah, menemukan antibodi antitoksoplasma
positif dalam darahnya. Artinya, parasit Toksoplasma gondii itu masih
berjangkit di rahimnya. Ia pun kembali harus kehilangan calon buah hatinya pada
November 2007. Dua kali keguguran membuat Dwi patah arang.
Rentan
Toksoplasma yang menjangkiti Dwi Istikomah disebabkan
protozoa parasit Toksoplasma gondii. Kehadiran protozoa itu dalam tubuh diuji
dengan tes TORCH alias toksoplasma, rubella, CMV (cytomegalovirus), dan herpes.
“Keempat penyakit itu salah satu penyebab gangguan kehamilan di dunia,” ungkap
Dr Kerry R Kartosen SpOG, ginekolog dari Rumah Sakit Islam Hajar, Sidoarjo,
Jawa Timur.
Penyakit ditularkan kalau orang mengkonsumsi daging setengah
matang yang mengandung kista parasit. Jalan lain, penularan terjadi melalui
tangan setelah berkebun atau memegang daging mentah. Gejala serangan berupa
pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala, dan demam—persis yang dialami
Istikomah.
Menurut Kerry usia kehamilan muda di bawah 6 bulan rentan
terserang toksoplasma. Pasalnya, antibodi janin belum terbentuk sehingga
parasit mudah menyerang. Akibat serangan itu terjadi keguguran. Kalau pun
selamat sampai lahir, bayi cacat bawaan berupa kerusakan otak, tuli, atau
kelainan mental. Janin aman dari toksoplasma pada usia kehamilan minimal 6
bulan. “Kalau stamina ibu kuat, parasit bakal dilumpuhkan. Biasanya seseorang
yang pernah terjangkit toksoplasma bakal kebal,” kata Kerry.
Dr Zen Djaja, dokter sekaligus herbalis di Malang, Jawa
Timur, menyatakan kasus Dwi terjadi lantaran parasit telanjur memproduksi racun
yang tersimpan di kapiler pembuluh dan tersirkulasi dalam tubuh. “Ibunya memang
sudah membentuk antibodi, tapi janinnya belum,” kata Zen. Saat darah ibu
mengalir ke janin lewat plasenta, racun itu menyerang sel darah janin.
Akibatnya pembentukan janin terganggu dan keguguran.
Itulah yang 2 kali dialami Istikomah. Awal 2008, seorang
rekan kerja menyarankan Istikomah untuk mengkonsumsi spirulina. Namun, ia tak
serta-merta menuruti saran itu. “Kapsul spirulina itu sempat beberapa hari saya
biarkan di meja makan,” kata Istikomah. Namun, akhirnya ia mengkonsumsi 2
kapsul 2 kali sehari. Musababnya, sakit kepala yang menderanya lenyap beberapa
jam usai menelan 2 kapsul.
Sepekan rutin mengkonsumsi, tubuhnya terasa segar saat
bangun pagi. Sore hari sepulang kerja pun ia tidak merasakan letih seperti
sebelumnya. Padahal, ketika pekerjaan menumpuk, Istikomah mesti melakukan
pengujian kualitas secara maraton sampai acap melewatkan makan siang. “Tubuh
saya terasa lebih fit,” kata Istikomah. Spirulina yang dikonsumsi Istikomah
hasil budidaya di Jepara, Jawa Tengah.
Imunitas meningkat
Pada Oktober 2008, untuk ketiga kalinya Istikomah hamil.
Lantaran 2 kehamilan terdahulu gugur menjelang bulan ketiga, ia mengkonsumsi 2
kapsul spirulina 2 kali sehari sampai bulan ke-4 kehamilan. Setelah itu ia
menghentikan konsumsi spirulina. Akhirnya pada Juni 2009, Dwi melahirkan bayi
perempuan berbobot 2,8 kg dan panjang 48 cm melalui bedah caesar. Persalinan
mesti dilakukan lewat operasi lantaran posisinya terbalik alias sungsang.
Menurut Dr Zen, spirulina sebetulnya tidak bersifat
antivirus, antibakteri, atau antiparasit. “Orang yang mengkonsumsi spirulina
mendapat asupan gizi lebih baik sehingga kekebalan tubuhnya juga meningkat,”
kata dokter alumnus Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta itu.
Spirulina juga tinggi protein—1,6 kali kandungan protein
tempe—menjadikannya sumber gizi potensial untuk perbaikan metabolisme dan
regenerasi sel. Protein nabati lebih baik ketimbang protein hewani lantaran,
“Desain sistem pencernaan manusia lebih mudah menyerap protein nabati ketimbang
protein hewani,” kata Prof I Nyoman Kabinawa, peneliti alga di Pusat Penelitian
Biologi LIPI di Cibinong, Bogor. Alga itu kaya asam amino, zat besi, serat, dan
vitamin B lengkap. Tubuh Istikomah mampu memerangi protozoa parasit lantaran
kekebalan meningkat. Sehingga impian menimang buah hati pun menjadi kenyataan.
sumber majalah trubus.
Menambal Jantung si
Upik
Tangis Syifa Zulfikria mereda setelah Syawlia Basriani, sang
ibu, memberikan sebotol susu. Bocah 4 tahun itu asyik meminum susu cokelat
dalam botol berukuran 120 ml. Syifa tampak sehat, aktif, dan lincah. Padahal,
ia mengidap ventricular septal defect (VSD) alias bilik jantung bocor sejak berusia
9 bulan.
Tak ada yang berbeda dari Syifa. Layaknya seorang balita,
Syifa senang bermain. Syawlia mengizinkan anaknya bebas beraktivitas padat
karena batuk, pilek, dan demam yang diderita Syifa itu sembuh.
Sejak berusia 3 bulan, ketiga penyakit itu memang sering
menyerang Syifa. Tak lama sembuh, sepekan kemudian sakit lagi. Saat malam,
bocah itu kerap menangis, susah tidur, dan sesak napas. Wajahnya letih dan
lesu. Ia juga gampang lelah. Demam tinggi hingga 40oC juga pernah dialami siswa
Taman Bermain Sekar Melati, Bekasi, itu. Bolak-balik ke dokter tidak membuat
kondisi Syifa membaik.
Jantung bocor
Kondisi anaknya yang tak kunjung membaik mendorong Syawlia
membawa Syifa ke dokter spesialis anak. Hasil diagnosis di luar dugaan. Dokter
di kawasan Paseban, Jakarta Pusat, itu menyarankan untuk membawa Syifa ke
spesialis jantung.
Semula Syawlia tidak percaya dengan diagnosis dokter,
sehingga saran itu diabaikan begitu saja. Masa anak kecil jantungan, kata
Syawlia tak percaya. Namun, 3 bulan berselang, penyakit itu tak kunjung sembuh.
Selama 9 bulan, bobot tubuh Syifa tidak meningkat. Suplemen dan vitamin anak
yang diasup tidak mampu meningkatkan bobot tubuhnya.
Khawatir dengan kondisi putrinya, dokter spesialis anak
kembali disambangi. Berbekal surat rujukan, Syifa menjalani pemeriksaan
ekokardiografi di Rumahsakit Ciptomangunkusumo, Jakarta. Hasilnya, dokter
spesialis jantung anak menyatakan, ada kelainan bawaan pada jantung Syifa.
Kelainan itu adalah ventricular septal defect (VSD), ada kebocoran pada bilik kiri
jantung selebar 3,5 mm. Namun, karena lubang tergolong kecil, penanganannya
hanya kontrol tiap bulan dan pemeriksaan ekokardiografi tiap 6 bulan.
Operasi hanya bisa dilakukan bila kebocoran 10-12 mm. Lagi
pula ada kemungkinan penyakit itu sembuh sendiri seiring waktu. Dokter pun
tidak memberikan obat. Hanya saja dokter menyarankan, banyak istirahat,
konsumsi makanan bergizi, dan hindari perjalanan jauh.
Dicampur susu
Lantaran tak mau diam, bocah periang itu dibebaskan bermain.
Menjelang tidur kadang-kadang, ia mengeluh lelah minta dipijat. Saat
pemeriksaan kedua pada September 2004, kebocoran membesar menjadi 5 mm. Syawlia
pasrah. Saya hanya bisa menunggu penyakit membaik dengan sendirinya, ujar istri
Irfansyah itu.
Di antara kegalauan itu, kerabat di Bogor menawarkan
spirulina. Syawlia akhirnya memberikan ganggang hijau biru itu kepada putrinya.
Ia mencampur sekaleng susu 400 gram dan satu sendok teh spirulina. Sekali
minum, 60 gram susu plus spirulina itu dicampur air putih jadi 120 ml susu
cokelat. Sehari Syifa bisa lima kali minum.
Empat bulan mengkonsumsi spirulina mulai terlihat perbedaan.
Bobot badan mulai meningkat 0,5-1 kg per bulan. Batuk dan pilek pun menjauh.
Syifa terlihat lebih segar dan sehat. Kebahagiaan Syawlia bertambah ketika
hasil pemeriksaan ekokardiografi ketiga: lubang dinyatakan mengecil menjadi 4
mm.
Tidak biru
VSD merupakan penyakit jantung bawaan. Penyakit itu ditandai
kebocoran pada ventrikel atau bilik. Ada lubang antara ventrikel kanan dan
ventrikel kiri sehingga mengganggu aliran darah. Pada kasus VSD, aliran darah
mengalir langsung dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri karena ada lubang
antara ventrikel. Imbasnya, tekanan darah meninggi pada saluran menuju
paru-paru. Paling parah akan menyebabkan gagal jantung, kata Prof dr Harmani
Kalim MPH, SpJP(K), spesialis jantung RS Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat.
VSD bisa dideteksi dari bunyi detak jantung yang tidak
normal. Ada tambahan bunyi detak jantung. Bunyi jantung bising, kata dokter
kelahiran Solo, 64 tahun silam itu. VSD tidak menimbulkan gejala biru pada
bagian tubuh tertentu atau dikenal dengan istilah nonsianotik. Karena darah
kotor dari bilik kanan tidak beredar ke seluruh tubuh, tetapi menuju paru-paru.
Hingga saat ini penyebab VSD belum diketahui. Menurut guru
besar kardiologi Universitas Indonesia itu, kelainan bisa dipengaruhi obat,
jamu, dan infeksi virus. Namun, penyebabnya tetap tidak bisa diketahui secara
pasti. Yang pasti kelainan itu terjadi saat pembentukan jantung dan pembuluh
darah, pada usia kehamilan 3 bulan pertama. Penyakit bisa dideteksi pada masa
fetus alias janin dengan melakukan ekokardiografi. Idealnya pada usia kehamilan
16 minggu saat jantung telah terbentuk sempurna. Walau tak bisa dicegah, VSD
perlu diwaspadai sejak dini agar si kecil tumbuh sehat.
Kelainan pada jantung itu berefek pada gangguan pertumbuhan
dan kesehatan. Misalnya, bobot badan tidak meningkat sesuai usia, pilek, demam,
batuk, dan rentan terkena infeksi paru. Anak lesu dan mudah lelah. Pemeriksaan
itu antara lain EKG (elektrokardiogram), foto rontgen, dan ekokardiografi.
VSD pada anak dengan kebocoran tidak terlalu besar bisa
menutup sendiri seiring bertambahnya usia. Penanganan lainnya tergantung
tingkat keparahan. Salah satunya dengan intervensi nonbedah-tanpa bedah jantung
terbuka-menggunakan Amplatzer Ventricular Septal Occluder untuk menutup
kebocoran ventrikel.
Ketahanan tubuh
Mudah lelah, sulit menyusui karena sesak napas, batuk, berat
badan tidak meningkat, dan demam merupakan gejala umum VSD. Gangguan
pertumbuhan dan kesehatan itu menggerogoti ketahanan tubuh penderita VSD bahkan
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Saat sakit, tubuh juga rentan terhadap
serangan penyakit lain. Spirulina membantu meningkatkan stamina penderita, ujar
dr Suhenry Sastranegara. Menurut dokter yang praktek di Apotik Intan Farma,
Daanmogot, Jakarta Barat, itu, kandungan nutrisi lengkap dalam spirulina secara
sinergis meningkatkan ketahanan tubuh penderita dari gangguan penyakit lain.
Berbagai produk seperti Spirumate, Spirutrend, Spirulina Pasifica, dan
spirulina budidaya peneliti LIPI, Prof I Nyoman Kabinawa, dapat dijadikan
pilihan.
Spirulina mengandung asam aspartat, glisin dan vitamin B
kompleks yang membantu sintesis energi. Asam aspartat, misalnya, berfungsi
meningkatkan stamina dan mengatasi kelelahan.Riset Hayashi pada 1994
membuktikan, spirulina mampu meningkatkan produksi antibodi. Seperti dikutip
Journal of Nutrition Science and Vitaminology, spirulina meningkatkan kekebalan
tubuh dengan merangsang fungsi makrofag, fagositosis, dan produksi
interleukin-1 (IL-1). Menurut Baojiang yang meneliti efek polisakarida pada
spirulina bagi kekebalan tubuh, dosis spirulina 150-300 mg per kg bobot badan
meningkatkan persentase fagosit dan indeks fagosititas makrofag abdominal serta
persentase T limfosit.
Walaupun mengecilnya lubang kebocoran disebabkan hal yang
belum diketahui secara pasti, dengan spirulina Syifa tidak lagi gampang lelah,
batuk dan demam. Ia kini sehat walafiat. sumber majalah trubus.
Spirulina Akhiri
Sirosis
“Usia Anda tinggal 3 bulan.” Itulah vonis dokter yang
mempercepat degup jantung Daniel. Hasil pemeriksaan dokter, Daniel positif
sirosis hati. Sarjana kedokteran itu tak habis pikir dirinya mengidap sirosis.
Maklum, ia tak pernah menderita hepatitis, penyakit yang lazim mengawali
sirosis hati.
Diagnosis dokter benar-benar mencemaskan Daniel dan
keluarganya. Apalagi dokter tak memberikan obat untuk mengatasi penyakit maut
itu. Hanya vitamin dan suplemen yang diresepkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi yang anjlok.
Tak puas hasil pemeriksaan dokter di dalam negeri, Daniel
diboyong ke salah satu rumahsakit di Jepang. Hasil diagnosis dokter mancanegara
sama saja: sirosis dan mulai berkembang menjadi kanker hati. Untuk mencegah hal
itu, dokter menyarankan agar hati yang sudah mengeras itu ditransplantasi alias
dicangkok. Karena keterbatasan donor, hati yang rusak diganti dengan hati
babon, sejenis primata.
Mendengar saran sang dokter, kontan saja Daniel sekeluarga
menolak. Tak setuju dengan saran dokter di Jepang, Daniel diboyong ke Australia.
Harapan sembuh kini ia sandarkan ke salah satu rumah sakit di Negeri Kanguru
itu. Namun, lagi-lagi para dokter di sana menyarankan hal yang sama, yaitu
pencangkokan hati. Serasa menemui jalan buntu, akhirnya Daniel kembali diboyong
ke tanahair.
Maag
Penyakit ganas itu bermula dari rasa mual dan perih
berhari-hari di perut Daniel. Sarjana kedokteran itu mengunjungi seorang
dokter. Diagnosis sang ahli medis, Daniel mengidap maag. Mulai saat itulah—awal
1995—ia mengkonsumsi obat maag.
Meski berbulan-bulan mengkonsumsi obat maag, tak ada
tanda-tanda membaik. Atas saran seorang rekan, alumnus salah satu perguruan
tinggi di Semarang, Daniel meminum segelas susu kefi r per hari. Sayang, upaya
itu tak membawa kesembuhan.
Setahun berselang, rasa mual yang diderita Daniel menghebat.
Tak hanya itu, ia juga merasakan nyeri di ulu hati dan sering buang air besar.
Nafsu makan hilang. Dalam hitungan pekan, bobot tubuh pria 57 tahun itu anjlok
hingga 21 kg. Karena kekurangan nutrisi, Daniel kerap tak sadarkan diri. Ia tak
bisa mengenali orang-orang di sekitarnya.
Melihat gejala itu, Daniel dibawa ke Rumah Sakit Elizabeth,
di Semarang oleh istri dan Yohan, salah seorang anaknya. Hasil diagnosis
dokter, pendarahan lambung. Karena penasaran, dokter pun melanjutkan pemeriksaan
dengan alat pemindai ultrasonografi . Daniel terkena sirosis hati. Kadar SGOT
(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) mencapai 279 U/L dan SGPT (Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase) mencapai 160 U/L. Jumlah itu sangat tinggi
dibanding kadar normal SGOT: 53 U/L dan SGPT: 0—41 U/L.
Spirulina
Rupanya kisah penderitaan Daniel tersiar hingga ke salah
satu kolega di Th ailand. Dari sana rekannya mengirim sebotol kapsul spirulina
berisi 100 kapsul. “Saya sudah tahu khasiat spirulina, tapi belum pernah mencobanya,”
ujarnya. Karena berhasrat sembuh, ia pun rutin mengkonsumsi 10 kapsul berwarna
hijau tua itu per hari.
Sebulan kemudian, kondisi Daniel membaik. Rasa mual perlahan
sirna dan nafsu makannya mulai bangkit. “Semula saya hanya makan pisang. Ketika
itu saya mulai bisa makan nasi,” kenangnya. Vonis dokter bahwa usianya pendek
rupanya tidak terbukti.
Enam tahun Daniel bergelut dengan sirosis, selama itu pula
ia mengkonsumsi spirulina. Penasaran dengan usia panjang yang diperolehnya,
pada 2002 ia mencoba memeriksakan diri ke Rumah Sakit Elizabeth, yang dulu
pernah merawatnya. Setelah diperiksa tes darah, hasilnya mencengangkan. Pada
sampel darah Daniel tak satu pun ditemukan sel kanker.
Berisiko
Sirosis adalah kondisi jaringan hati yang sehat digantikan
oleh jaringan parut, seperti keloid yang sering terbentuk pada bekas luka.
Aliran darah menuju hati terhambat. Akibatnya, fungsi hati terganggu. Padahal,
hati berfungsi menetralisir racun dalam darah, membentuk senyawa yang berperan
dalam kekebalan tubuh, dan memusnahkan kuman dari darah.
Menurut Prof Dr H Nurul Akbar SpPDKGEH, ahli hepatologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sirosis tak hanya membayangi
penderita hepatitis kronis. Mengkonsumsi makanan berbahan pewarna dan pengawet
makanan beracun turut memicu sirosis. Penyebab lainnya yakni kurang gizi dan
konsumsi alkohol.
Penderita sirosis hati biasanya mengalami gangguan produksi
energi. Sebab, hati tak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen. Oleh sebab
itu, diperlukan sumber energi lain yakni protein. Protein yang dapat digunakan
adalah asam amino rantai cabang yang lazim terdapat pada protein nabati. Pasien
penyakit hati paling baik mengkonsumsi tahu dan tempe. Sumber protein hewani
seperti daging, telur, dan ikan, kurang baik lantaran mengandung asam aromatik
yang menghasilkan amonia. Kadar amonia berlebihan menyebabkan koma hepatik.
Disarankan dokter
Dokter Suhenry Sastranegara, di Green Garden, Jakarta Barat,
menyarankan mengkonsumsi spirulina kepada para pasien, khususnya penderita
sirosis. Menurutnya, kandungan protein nabati spirulina 1,6 kali lebih tinggi
ketimbang tempe. Hasil penelitian menyebutkan, 5,98% senyawa arginin dalam
spirulina membantu detoksifi kasi—penetralan zat beracun—pada sirosis hati dan
fatty liver.
Keampuhan spirulina memperbaiki kinerja hati telah
dibuktikan K Morita dan T Matsueda, dari Fukuoka Institute of Health and
Environmental Studies, Fukuoka, Jepang. Seperti dikutip Japan Journal
Toxicology Environmental Health, mereka meneliti peningkatan kadar
polychlorinated dibenzo-p-dioxins (PCDDs)—polutan pemicu kanker yang larut
dalam lemak— pada feses tikus jantan.
Tikus percobaan itu diberi makanan yang mengandung 20%
klorela, 20% spirulina, 2% klorofi lin, dan 2% klorofi lin ditambah 10% nasi
beras tumbuk. Lima hari kemudian, tikus diberi asupan minyak bekatul yang
terkontaminasi PCDDs dengan dosis 0,5 ml/4 g bobot tikus.
Setelah lima hari, kadar PCDDs feses tikus dianalisis dengan
kromatografi gas beresolusi tinggi dan spektometer massa. Hasilnya, kadar PCDDs
pada feses tikus yang diberi makanan yang mengandung 20% klorofi l, 20%
spirulina, dan 2% klorofi lin, masing-masing 7,4, 7,1, dan 11 kali lebih tinggi
ketimbang kontrol. Itu pertanda, kinerja hati tikus membaik sehingga mampu
menetralisir PCDDs dan membuangnya lewat feces.
Bukti itu memperkuat dugaan Suhenry bahwa spirulina membantu
proses detoksifi kasi. Zat beracun penyebab sirosis, perlahan terkuras. Memang
cara kerjanya membutuhkan waktu 6 tahun. Meski begitu, toh usia Daniel lebih
panjang dari dugaan dokter. sumber majalah trubus.
Hadang Stroke dengan
Spirulina
Adzan Subuh berkumandang. Soleh Ismail membangunkan
Rahmalina untuk sholat Subuh berjamaah. Namun, betapa kagetnya Soleh, istrinya
itu tak bisa bangkit dari pembaringan. Tubuh perempuan 66 tahun itu tak
bertenaga. Meski Soleh membantunya, Rahmalina tetap tak bisa bangun. Ia
benar-benar kehilangan kekuatan. Pagi itu juga Rahmalina dilarikan ke
rumahsakit.
Kejadian berawal pada suatu hari, pertengahan April 2006.
Suara adzan Magrib sore itu disambut Rahmalina dan Soleh dengan berbuka puasa.
Kolak pisang yang tersaji di meja menggoda selera untuk disantap. ‘Jangan, itu
manis,’ Soleh melarang Rahmalina yang berniat mencicipi kolak. Itu karena
riwayat penyakit diabetes yang disandang Rahmalina. Namun, ibu 6 anak itu nekat
mencicipinya sebanyak 2 sendok.
Tak disangka manisnya kolak berbuntut penderitaan. Itu
persis Rahmalina alami pada 2005. Setelah mencicipi kolak, 15 hari akhirnya ia
dirawat di rumahsakit. Kini, pengalaman itu terulang. Kadar gula Rahmalina melonjak
575 mg/dl; kadar gula normal setelah makan 110-160 mg/dl. Efeknya, menyerang ke
bagian saraf, seluruh tubuhnya terasa lemas. ‘Ngga kuat bangun, rasanya lemas
tak bertenaga,’ kata Rahmalina.
Dokter di rumahsakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan,
tempatnya dirawat, menyatakan Rahmalina mengalami penyempitan pembuluh darah di
kepala. Selama opname, perempuan kelahiran Padang itu kerap disuntik insulin.
Tak ketinggalan obat-obatan dalam bentuk kapsul dan cairan diasupnya. ‘Sampai
bosan saya makan obat dan disuntik,’ keluh Rahmalina.
Toh kesembuhan bagai api jauh dari panggang. Kondisi nenek 6
cucu itu tak ada perubahan berarti. Sehari-hari ia hanya tergolek di ranjang
rumahsakit. Karena harapan sembuh kecil, pihak rumahsakit merujuknya ke
rumahsakit Pertamina, Mayestik, Jakarta Selatan. Di rumahsakit itu pun ia hanya
bertahan 3 hari karena alasan tak ada kemajuan. Perempuan yang hobi memasak itu
juga bosan dengan jarum suntik. ‘Saya tidak tahan lagi disuntik terus-terusan,’
kata Rahmalina.
Kembali berjalan
Pihak keluarga terus berupaya menyembuhkan penyakit
Rahmalina. Beberapa ahli pengobatan alternatif disambangi, tetapi tetap tak ada
hasil. Hingga suatu hari, Frans, putra Rahma, memberinya spirulina atas saran
seorang teman. Menurut temannya, kandungan ganggang hijau biru itu dipercaya
dapat mengurangi gejala beragam penyakit tanpa efek samping. Tanpa pikir
panjang, 5 butir spirulina diasupnya rutin 3 kali sehari.
Dua minggu mengkonsumsi spirulina, perubahan mulai terlihat.
‘Saya sudah bisa duduk,’ kata wanita murah senyum itu. Sebelumnya, menahan
bobot tubuh saja tak mampu sehingga ia sering jatuh lemas bila duduk tanpa
penyangga. Sebulan kemudian, perubahan makin kentara. Ia mulai bisa berjalan
meski sambil berpegangan. Wajahnya pun terlihat cerah dan segar. Anak keempat
yang tinggal bersamanya pun melihat perubahan itu. ‘Alhamdulillah, mama sudah
sehat,’ kata Rahmalina menirukan ucapan Frans.
Sejak itulah kadar gula Rahmalina terkontrol karena rutin
mengkonsumsi spirulina. Hasil tes laboratorium kadar gula darah 155 mg/dl.
Dengan kadar gula sebesar itu ia merasa sehat wal-afiat. Padahal sebelumnya ia
membayangkan betapa menderitanya jika badannya tak bisa digerakkan sama sekali.
Radikal bebas
Kelumpuhan yang dialami Rahmalina bukan stroke. Stroke hanya
menyerang sebagian anggota badan. Misalnya kaki dan tangan kiri saja, anggota
tubuh bagian kanan tetap berfungsi. Sedangkan Rahmalina merasakan kedua tangan
dan kakinya lemah, lebih tepatnya disebut arteriosklerosis.
Arteriosklerosis merupakan penyempit-an pembuluh darah
karena adanya penyumbatan, penebalan, atau kurang lenturnya dinding arteri.
Pada kondisi itu, bahan lemak terkumpul di bawah lapisan sebelah dalam dari
dinding arteri. Menurut dr H. Arijanto Jonosewojo, SpPD, spesialis penyakit
dalam RSU dr Soetomo Surabaya, pada penderita diabetes, darah mengental bisa
mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi arteriosklerosis.
Penyumbatan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh: otak,
jantung, ginjal, organ vital lain, lengan, dan tungkai. Jika terjadi di otak,
arteriosklerosis berisiko menimbul-kan stroke iskemik. Stroke iskemik berarti
tidak berfungsinya jaringan otak lantaran kurangnya darah yang membawa oksigen
ke sana karena adanya penyumbatan pembuluh darah.
Radikal bebas menyebabkan arteriosklerosis. Spirulina
mengandung antioksidan, seperti betakaroten, zeaxantin, fikosianin, asam amino,
dan superoksida dismutase (SOD), yang berfungsi menetralisir reaksi radikal
bebas. SOD berperan dalam melawan radikal bebas dengan mengurangi bentuk radikal
bebas superoksida. Sementara betakaroten dan zeaxantin, mampu menghambat
hidrogen peroksida.
Kandungan tokoferol (vitamin E) sebanyak 190 mg/kg pada
spirulina juga membantu melawan pembentukan gumpalan darah. Penelitian Tom
Saldeen MD, PhD, FACC dari Department of Forensic Medicine, University of
Uppsala, Uppsala, Swedia, menunjukkan aktivitas antioksidan vitamin E mampu
menurun-kan platelet agregasi dan menekan pembentukan gumpalan darah dalam
pembuluh darah.
Rahma juga memperoleh manfaat penurunan kadar gula darah
dari spirulina. Efek spirulina itu dibuktikan oleh Uliyar Mani, PhD dan rekan
yang melakukan studi klinis pada 15 penderita diabetes. Hasil penelitian
Department of Foods and Nutrition, M S University of Baroda, Gujarat, India,
itu menunjukkan adanya penurunan gula darah secara signifikan setelah penderita
diabetes mengasup spirulina 2 gram/hari selama 21 hari. Selain itu, asam gamma
linolenik dalam alga itu berfungsi menurunkan kadar lemak dalam darah. GLA
membentuk fospolipid membran sel mencegah terbentuknya asam lemak jenuh. sumber
majalah trubus.
Mag Kronis sang
Amtenar Berakhir Manis
Beginilah kesibukan Syamsul Bachrie setiap hari. Pukul 06.00
ia meninggalkan rumah di Hila-hila, Kecamatan Bontotirto, Kabupaten Bulukumba,
untuk mengunjungi minimal 3 Sekolah Dasar. Jarak antarsekolah puluhan
kilometer. Sebagai pengawas Dinas Pendidikan, Syamsul juga merancang dan
memantau berbagai kegiatan siswa SD se-Bulukumba.
Hanya itu? Menjelang sore, Syamsul Bachrie memacu
kendaraannya ke Makassar dengan waktu tempuh 3,5 jam. Di kota Angin Mamiri itu
ia melanjutkan pendidikan untuk meraih gelar sarjana. Kuliah di Fakultas Ilmu
Pendidikan berlangsung 4 hari sepekan. Ia baru meninggalkan kampus Universitas
Hasanuddin pukul 20.00 dan tiba di rumah pukul 23.30. Begitulah saban hari
aktivitas Syamsul: pergi pagi dan pulang menjelang hari berganti.
Kesibukan itulah yang membuat amtenar alias pegawai negeri
itu kerap lupa makan. Angin malam yang menerpa dan kondisi perut kosong membuat
Syamsul sering merasa nyeri. Jika demikian, pria 48 tahun itu menelan pil
antinyeri. Dua tahun lamanya ia menjalani kehidupan itu. Pada suatu pagi media
Agustus 2004 ia hendak berangkat kerja. Namun, tibatiba perutnya melilit tak
karuan. Terpaksa ia berbaring di kamarnya sambil berharap agar lilitan perut
itu segera berakhir. Kenyataannya, jangankan mereda, sakitnya malah
menjadi-jadi. Ia berguling-guling menahan nyeri. Kepala pening. Oleh istrinya,
Bau Dahnia, ia disuapi beberapa sendok nasi. Namun, tak lama berselang, Syamsul
muntah.
Hari itu juga ia memeriksakan diri ke dokter. Hasil
diagnosis, Syamsul mengidap mag kronis dan hipertensi. Soal sakit mag, Syamsul
sudah menduganya. Hipertensi? Ia tak pernah menyangka. Tekanan darahnya
melonjak 180 mmHg, idealnya 140 mmHg.
Langganan rumahsakit
Sejak itu Syamsul mudah jatuh sakit. Sedikit saja terkena
hujan, demam mendera. Tidur pulas pun menjadi mahal. Ia kerap terjaga menahan
rasa sakit di perut. Jangankan beraktivitas seperti biasa, mengangkat tubuh
dari tempat tidur pun sulit. “Bobot tubuh saya turun 20 kg dari 80 kg dalam 2
tahun,” kata pria setinggi 170 cm itu. Penyebabnya, kekurangan cairan dan zat
gizi.
Ia sempat menjalani perawatan di rumahsakit selama sepekan.
Berbagai jenis obat-obatan kimia dikonsumsi dan Syamsul disarankan dokter
disiplin makan. Makanan serta minuman pemicu asam lambung dihindari, misalnya
kopi, makanan berlemak, mengandung cuka, lada, dan bumbu menyengat.
Pulang dari rumahsakit, Syamsul kembali beraktivitas seperti
semula. Namun, sebulan kemudian mag sekaligus hipertensinya kembali kambuh.
Lagi-lagi ia harus masuk rumahsakit. Bahkan ejak itu setiap bulan Syamsul
menjadi pelanggan tetap rumahsakit.
Syamsul heran, obat dokter yang diminumnya selama ini tak
membuahkan hasil sama sekali. Tak ingin berlama-lama menderita, Syamsul mencoba
berbagai alternatif pengobatan. Saran seorang teman untuk mengkonsumsi bawang
putih dan rimpang kunyit muda segar dijalani. Satu siung Allium sativum dan
satu jari telunjuk Curcuma domestica dimakan berbarengan dengan sepiring nasi.
Hasilnya, rasa sakit untuk sementara hilang. Namun, bila mantan kepala sekolah
itu tidak mengontrol pola makan, rasa sakit kembali mendera. Tak heran, dalam 2
tahun bobot tubuh Syamsul menyusut 20 kg tinggal 40 kg.
Spirulina
Jalan kesembuhan terkuak saat Yuna, adik sepupunya,
memberikan informasi tentang keampuhan spirulina mengobati mag dan hipertensi.
Mulailah Syamsul mengkonsumsi 2 kapsul spirulina 2 kali sehari. Sebelum
mengkonsumsi ganggang biru itu, Syamsul menelan makanan meski sedikit. Anehnya,
pekan pertama Syamsul malah demam tinggi, sesak napas, dan sakit pinggang. “Itu
tanda adanya respon dari tubuh, spirulina mendetoksifi kasi racun yang ada,”
kata Yuna kepada Syamsul.
Penjelasan sepupunya itu diterima sehingga Syamsul
melanjutkan konsumsi spirulina. Betul, setelah itu berangsurangsur kondisinya
membaik. Perut lebih ringan dan pencernaan lancar. Kini bobot tubuhnya
meningkat 18 kg menjadi 58 kg. Tekanan darahnya pun kembali normal.
Kesembuhan Syamsul memperkuat bukti penelitian para ahli gizi
di dunia tentang keampuhan spirulina mengatasi mag dan hipertensi. Salah
satunya Tsuchihashi dari Chiba Hygiene College, Jepang. Ia menunjukkan konsumsi
5% spirulina selama 100 hari meningkatkan 327% populasi Lactococcus lactis,
Streptococcus thermophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus acidophilus, dan
Lactobacillus bulgaricus pada usus tikus.
Jumlah itu tiga kali lipat dibanding tikus tanpa konsumsi
spirulina. Kelima jenis bakteri asam laktat itu terbukti mampu memperbaiki
pencernaan dan penyerapan makanan, mencegah infeksi, dan merangsang sistem
kekebalan tubuh.
Yang juga melakukan penelitian adalah V Fica dari Clinica II
Medicala, Spitalui Clinic, Bukares, Rumania. Fica memberi tablet spirulina
kepada 21 penderita kerusakan lambung dan pankreas. Hasilnya, bobot tubuh dan
jumlah protein mereka meningkat.
Zat paling berpengaruh dalam spirulina adalah klorofi l,
molekul hijau yang terdapat pada tumbuhan. Klorofi l melepaskan ion ketika
mendapatkan sinar matahari. Ion-ion bebas itulah yang digunakan untuk
merangsang berbagai proses kimia dalam pembentukan protein, vitamin, dan gula.
Seluruh zat gizi itulah yang juga memperbaiki produksi asam lambung dan luka
lambung.
“Asam lemak GLA (gamma linoleic acid) juga berpengaruh,”
kata Prof I Nyoman Kabinawa. Menurut peneliti LIPI itu, GLA spirulina berfungsi
merangsang hormon prostaglandin. Hormon itu berfungsi mengontrol berbagai
fungsi esensial tubuh. Prostaglandin PGE-1 terlibat dalam beberapa tugas pokok
tubuh: pengaturan tekanan darah, sintesis kolesterol, infl amasi, dan
pembelahan sel.
Kendalikan stres
Menurut dr H Arijanto Jonosewojo, ahli penyakit dalam RSUD
Dr Soetomo Surabaya, saraf di otak berhubungan dengan lambung, sehingga bila
mengalami stres dapat memicu ketidak seimbangan atau perubahan. Perubahan itu
merangsang sel-sel lambung dan hormon kortisol, memproduksi asam lambung. Jika
produksi asam lambung berlebih, lambung nyeri, perih, dan kembung.
Lama-kelamaan dinding lambung terluka.
Prof dr Walujo Soerjodibroto MSc PhD SpG, pakar gizi dari
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menuturkan gangguan lambung dapat
berupa gastritis dan tukak lambung. Disebut gastritis bila belum terjadi luka
pada dinding bagian dalam lambung. Sedangkan bila terdapat luka disebut tukak
lambung atau koreng lambung.
Pola makan tidak teratur menjadi salah satu penyebab
gangguan itu. Lambung secara terpola memproduksi asam lambung untuk mencerna
makanan agar bisa diserap tubuh. Asam lambung diproduksi lebih banyak pada saat
seseorang akan makan.
Ketika tidak ada makanan yang masuk ke lambung, asam lambung
tidak terpakai. Akibatnya terjadi kelebihan asam lambung yang menyebabkan erosi
pada dinding lambung.
Selain memicu hormon kortison yang merangsang asam lambung,
stres juga mengaktifk an pusat-pusat motorik di otak sehingga merangsang
pengeluaran zat ACTH (adrenocortical realizing factor). Respons jantung
terhadap zat itu adalah peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan
hipertensi, bertambahnya denyut jantung dan kebutuhan oksigen.
Spirulina sebagaimana hasil studi klinis Lopez dan Romero
dari Medicina Holistica, Spanyol, aya akan GLA yang mampu menanggulangi
penyakit akibat stres, penyakit jantung, depresi mania, schizofrenia,
kegemukan, dan defi siensi zat besi. Wajar jika Syamsul Bachrie kini tak mau
meninggalkan spirulina. Setiap kali pergi, di kantongnya selalu terdapat kapsul
spirulina. Praktis walau tugasnya bertambah, kepala pusing, mag dan hipertensi
tak mau mendekat. sumber majalah trubus.
Spirulina: Tumbuhan
Laut Penggempur Penyakit
Serangkaian pengobatan dilakukan untuk mengatasi penyebab
bersarangnya penyakit di tubuh pria berusia 22 tahun itu. Namun, tetap tak
memberi hasil memuaskan. Tiga bulan mengkonsumsi neometrasol, obat kimia untuk
pengidap hipertiroid, hanya mengembalikan nilai tiroksin T3 dan T4 ke ambang
normal yaitu 0.51-1.65 ng/dl dan 4.4-12.0 ug/dl. TSH, penanda aktivitas
kelenjar tiroid tak juga menanjak.
Itu sebabnya tubuh Adi kerap pingsan, cepat lelah, suhu
badan tak stabil, dan sering buang air kecil. Degup jantung saya lebih kuat dan
cepat, kata Kurniadi.
Lantaran bosan dengan penyakitnya, 4 bulan berselang ia
beralih mengasup makanan tambahan spirulina atas anjuran kerabatnya. Hasilnya,
TSH perlahan meningkat mulai 0,06 mIU/L pada bulan pertama dan 0.57 mIU/L
setelah 3 bulan konsumsi. Itu artinya normal karena berada pada interval
0.47-5.01 mIU/L. Pasien hipertiroid cenderung membutuhkan asupan antitiroid,
vitamin dan mineral penunjang kesehatan, kata Dr Muhilal, ahli gizi di Bogor.
Vitamin dan mineral berfungsi membantu memperlancar sekresi hormon peningkat
kekebalan serta membersihkan racun dalam ginjal yang menghambat keseimbangan
hormon tiroid dalam darah.
Kaya vitamin dan
mineral
Menurut USDA, spirulina memiliki kandungan lengkap vitamin
dan mineral. Carlos Jimenez dari Department of Ecology, Faculty of Sciences,
University of Malaga, Spanyol menemukan kalsium spirulina 3 kali lebih tinggi
dibanding susu hewani, zat besi 3 kali lebih besar dibanding bayam. Tidak salah
bila suku Aztec memanfaatkan spirulina sebagai makanan sehari-hari untuk
menjaga kesehatan. Ia efektif meningkatkan stamina dan sistem kekebalan tubuh.
Alga berwarna hijau kebiruan itu awalnya hanya diketahui
sebagai penurun kolesterol. Pengujian ilmiahnya dilakukan oleh Nayaka dari
Tokai University, Jepang. Sebanyak 30 pria sehat berkolesterol tinggi dan
hiperlipidemia yang diberi asupan spirulina menunjukkan penurunan 4,5% jumlah
serum kolesterol, trigliserida, dan LDL. Mereka mengkonsumsi 4,2 gram spirulina
selama 4 minggu tanpa mengubah pola makan.
J. E. Piero Estrada dari Departament Farmakolog, Fakultas
Farmasi, Universitas Madrid, Spanyol mengungkap spirulina kaya antioksidan
lantaran kandungan 3 pigmen kaya protein yaitu phykosianin, klorofil, dan
zeasantin. Phykosianin, antioksidan larut air, penunjang kesehatan hati dan
ginjal. Zeasantin, antioksidan pelindung mata terutama saat tua. Sedangkan
klorofil, antioksidan bersifat antikanker dan antiracun.
Antivirus
Selain antikanker dan antiracun, penelitian Laboratory of
Viral Pathogenesis, Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School,
Massachusetts, Amerika Serikat pada 1996 membuktikan, spirulina dalam
konsentrasi 5-10 g/ml mampu menghambat pembelahan sel HIV-1. Itu disebabkan
spirulina memiliki kandungan kalsium spirulan, molekul polimerisasi gula berisi
kalsium dan sulfur. Konsumsi spirulina terbukti memberikan masa hidup lebih
lama pada pasien AIDS.
Sedangkan Armida Hernandez-Corona dari Departamento de
Microbiologia, Escuela Nacional de Ciencias Biologicas, IPN, Meksiko,
menunjukkan ekstrak spirulina memiliki sifat antiviral. Ia efektif melawan
virus herpes simpleks tipe 2, pseudorabies virus (PRV), human cytomegalovirus
(HCMV), dan HSV-1, dengan dosis efektif (ED50) masing-masing sebesar 0,069,
0,103, 0,142, dan 0,333 mg/ml.
Karena manfaat yang luar biasa, Arthrospira platensis kini
banyak dibudidayakan di seluruh dunia. Berjuta-juta pil spirulina pun telah
diproduksi lantaran terbukti menghadang dan menggempur berbagai penyakit.
Termasuk Kurniadi yang telah merasakan keampuhannya. sumber majalah trubus.
Tekanan Darah
Darah rendah tak pernah enyah dari tubuh Ice Dahriani (37
tahun). Tekanan darahnya tak pernah beranjak dari 90/60 mmHg. Idealnya, 120/80
mm/ Hg. Wajar bila pegawai bank swasta nasional itu kerap letih dan pusing.
Atas saran suami, Ice mengkonsumsi 9 tablet spirulina 3 kali sehari. Sepekan
berselang ia mengecek tekanan darahnya. Tumben normal, katanya. Ibu satu anak
itu merasa lebih bugar dan fit. Itulah sebabnya ia meneruskan konsumsi
spirulina.***
Mimisan
Mimisan disertai kepala pusing kerap mendera Stevie Mario
sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Hasil pemindaian menunjukkan, terjadi
penyumbatan urat saraf. Vilania, sang ibu, memberikan spirulina 30 ml 3 kali
sehari. Hanya dalam sebulan, mimisan itu berhenti hinggi kini saat usia Mario
14 tahun. Memang semula Vilania kaget mendapati darah beku keluar dari lubang
hidung. Namun, sejak itu Mario sembuh mimisan.***
Pusing
Dokter memberi 40 jahitan di kepala Lina Liwan beberapa saat
setelah tabrakan mobil di Pontianak, Kalimantan Barat. Pada penghujung senja,
setahun lampau ia mengalami kecelakaan. Hingga luka itu sembuh, pusing-pusing
tak kunjung sirna. Kalau lihat langit-langit, seperti berputar-putar, kata
wirausahawan di Pontianak itu. Frekuensi pusing beberapa kali sehari. Atas saran
seorang kerabat, ia akhirnya mengkonsumsi spirulina 2 sachet 2 kali sehari.
Sepekan berselang, pusingnya berkurang dan hilang sama sekali setelah sebulan
rutin minum spirulina. sumber majalah trubus.
Penjinak Radiasi
Bencana mahadahsyat itu 20 tahun telah berlalu: ledakan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Chernobyl. Namun, dampaknya tak juga
terkubur oleh perjalanan panjang sang waktu. Setidaknya 9 anak meninggal karena
kanker thiroid akut dan 9.000 orang lainnya mengidap leukemia, anemia, serta
kehilangan kekebalan tubuh. Semua itu akibat radiasi nuklir ketika PLTN meledak
pada 26 April 1986 pukul 01.23.
Cuma itu? Ternyata tidak, sebab kandungan iodine tanah dan
logam berat strontium 90 serta caesiun 137 terserap oleh tumbuhan, serangga,
dan jamur. Efeknya mempengaruhi makanan sehari-hari penduduk setempat. Iodine,
misalnya, memicu kanker thiroid seperti banyak terjadi di Belarus dan Rusia.
Radias nuklir bagi mereka memang mengancam nyawa.
Secercah harapan muncul ketika L.P. Loseva and I.V.
Dardynskaya, dari Research Institute of Radiation Medicine, Minsk, Belarus,
melaporkan hasil riset yang melibatkan 100 anak. Konsumsi 5 gram spirulina
setiap hari selama 20 hari menekan 50% kandungan radioaktif pada urine.
Menurut Belookaya T Corres dari Komite Anak-anak Belarus,
spirulina menurunkan radiasi akibat konsumsi makanan terkontaminasi zat
radioaktif cesiun 137 dan strontium 90. Tumbuhan bersel satu itu meningkatkan
kesehatan tubuh manusia sehingga digunakan sebagai terapi bagi orang yang
terkena radiasi. Riset lain melibatkan 49 anak berusia 3-7 tahun di Beryozova,
Belarus. Ekstrak spirulina diberikan selama 45 hari. Para dokter menemukan sel
T dan hormon pengatur tumbuh meningkat. Sebaliknya 83% radioaktif pada urine
menurun.
Peneliti juga menyimpulkan pikosianin dan polisakarida
meningkatkan reproduksi sumsum tulang dan kekebalan sel. Rusia mematenkan
spirulina pada 1994 sebagai makanan obat penurun reaksi alergi pada pasien yang
teradiasi. Paten itu berdasarkan penelitian terhadap 270 anak yang hidup di radiasi
tinggi. Setelah diberi 20 tablet atau 5 gram spirulina per hari selama 1,5
bulan, sensitivitas terhadap alergi pun normal. Riset-riset itu meneguhkan
spirulina sebagai panasea, obat mujarab bagi beragam penyakit. sumber majalah
trubus.
Ampuhnya spirulina
atasi penyakit
Pekerjaan Liana Wati sehari-hari mengunjungi dan menghibur
para pasien di sebuah panti. Namun, pada penghujung 2000, jangankan menghibur
mereka, menghibur diri sendiri pun tak mampu. Ia mengurung diri di kamar sejak
dokter mendiagnosis ia mengidap hepatitis C. Penyakit maut itu ketahuan
bercokol di hatinya ketika ia mengecek kondisi kesehatan untuk memperoleh polis
asuransi. Ibu 2 putri itu pun menolak dijenguk lantaran ia enggan mendengar
lagi ucapan: hepatitis C tak dapat disembuhkan.
Liana Wati ingin mengelak dari diagnosis itu. Sayang, ketika
mengecek ke laboratorium lain, hasilnya sama: hepatitis C. Sepekan setelah
diagnosis itu, perempuan kelahiran Padang 18 Maret 1935 itu ambruk. Ia tak
bertenaga seolah tubuh tanpa tulang-belulang. Seluruh aktivitas dilangsungkan
di atas pembaringan. Seorang dokter dan 3 sinse menangani kesehatannya.
Namun, kondisinya kian memburuk, tubuhnya kurus kering.
Sebulan berselang atas saran kerabat, nenek 4 cucu itu mencoba spirulina cair.
Dosisnya 2 sachet-masing-masing 14,8 ml-3 kali sehari. Keesokan harinya ia
menghentikan konsumsi seluruh obat dokter. Pada hari kedua, ia merasa amat
bertenaga. Enam bulan berselang, Liana mengecek kondisi lever. Hasilnya, virus
mematikan penyebab hepatitis C itu enyah. Liana sembuh.
Ir Badriatur Rahmaniah (43 tahun) juga merasakan faedah
spirulina. Alumnus Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor itu menderita
kanker payudara stadium II B. Operasi yang disarankan dokter ditolak. Beruntung
seorang dokter memperkenalkan spirulina. Ia mengkonsumsi 1 sachet spirulina
sehari. Rasanya tubuh lebih segar. Mulai Februari 2005, dua sachet spirulina
diminum setiap hari. Dua pekan berselang, benjolan mengecil.
Hasil pemeriksaan di RSAD Gatot Subroto, sel kanker
mengecil, dari 2,5 x 1,5 x 1,0 cm3 menjadi 1 x 0,62 x 0,62 cm3. Bobot tubuh
meningkat dari 45 kg menjadi 50 kg. Dalam waktu dekat, ia berencana
memeriksakan diri ke dokter. Yang merasakan manfaat spirulina tak hanya Liana
Wati. Kusnadi Prawira yang mengidap jantung koroner, Tri Ayurina (kanker
payudara), Andreana Subiyati (stroke) hanya beberapa pasien sembuh setelah
mengkonsumsi spirulina.
Supermini
Di tengah maraknya penggunaan bahan alam, spirulina salah
satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang
baru di dunia pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan
tradisional suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko.
Wajar jika keamanan mengkonsumsi spirulina terjamin. Pun
bagi anak-anak dan perempuan hamil. Spirulina makanan yang mempunyai sejarah
panjang dari segi keamanannya. Namun, mutunya tergantung tempat tumbuh.
Spirulina tercemar tentu berbahaya, ujar Prof Dr Ali Khomsan, ahli gizi
Institut Pertanian Bogor. Dosis anjuran 1-5 gram per hari. Efek samping bila berlebih.
Karena berfungsi sebagai makanan, tak ada efek samping yang membahayakan, walau
diberikan dalam dosis tinggi, katanya.
Kini popularitas tumbuhan bersel satu itu melambung. Banyak
dokter di Indonesia yang menyarankan-jika tak boleh disebut meresepkan-tanaman
obat itu. Spirulina merupakan ganggang hijau-biru berukuran amat mini, 1 mm.
Sebutan spirulina mengacu pada bentuknya yang spiral.
Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi, terdapat banyak spesies spirulina yang hidup di air
laut, payau, dan tawar. Spirulina yang hidup di laut mampu tumbuh pada
kedalaman hingga 600 m. Dibandingkan dengan sinar matahari yang diterima
tumbuhan darat, intensitas sinar matahari yang menembus air dan diterima
spirulina jauh lebih sedikit.
Kalau makhluk bisa hidup dengan sumber energi amat minim,
maka ia mempunyai kemampuan hidup yang kuat. Ia mempunyai cadangan energi
tinggi. Oleh karena itu spirulina banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan
kesehatan, ujar Wahyu Suprapto, herbalis di Batu, Jawa Timur.
Terlengkap
Spirulina itulah yang kini banyak diharapkan mencegah dan
menyembuhkan beragam penyakit maut. Bagaimana duduk perkara tumbuhan itu mampu
menjadi panasea-obat mujarab beragam penyakit? Ketika diwawancarai Trubus, Bob
Capelli, vice president Cyanotech-produsen terbesar spirulina di
dunia-mengungkapkan, Spirulina pangan terbaik di antara pangan lain karena
mengandung nutrisi paling lengkap.
Capelli yang memproduksi 30 ton spirulina per bulan di
Kailua, Hawaii, tak berlebihan. Sekadar menyebut beberapa nutrisi spirulina
adalah betakaroten, zeasantin, dan pikosyanin. Kandungan ke-3 senyawa aktif itu
masing-masing 23.000 IU, 8 mg, dan 1.500 mg. Senyawa-senyawa itulah yang
berperan sebagai antioksidan sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Spirulina mempunyai kekayaan antioksidan yang luar biasa untuk menetralisir
radikal bebas, ujar ahli herba alumnus Rutgers Uniersity itu.
Menurut Dr Komari MSc, periset Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan, antioksidan memperkuat sistem imun. Sel imun
terdiri atas sel berukuran besar dan kecil. Peran antioksidan menjembatani
kedua sel itu sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi kuat. Itu persis hasil
riset Hayashi dari Fakultas Farmasi, Toyama Medical & Pharmaceutical
University, Jepang.
Ia membuktikan tingkat kekebalan tubuh mencit yang diberi
Spirulina platensis lebih tinggi. Musababnya produksi antibodi satwa pengerat
itu meningkat. Selain itu jumlah sel fagosit juga melambung.
Membangun sel
Menurut Dr Mangestuti Agil, farmakolog Universitas
Airlangga, orang sakit karena kekurangan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
metabolisme sel. Kerja sel ngga benar sehingga terjadi ketidakseimbangan,
ujarnya. Oleh karena itu setiap sel harus mendapat nutrisi yang lengkap agar dapat
bekerja dengan baik. Kata dr Oetjoeng Handajanto, ahli terapi kolon, salah satu
sumber nutrisi terbaik bagi sel adalah spirulina.
Kandungan gizi spirulina lengkap dan mudah diserap tubuh
sehingga melancarkan pencernaan. Dengan kandungan gizi lengkap, tubuh
memperbaiki sel-sel rusak. Hal senada diungkapkan dr Zen Djaja MD, di Malang,
Jawa Timur. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya
itu spirulina memulihkan penyakit degeneratif alias menurunnya fungsi-fungsi
sel.
Protein yang lengkap dengan asam amino esensial berfungsi
membangun sel-sel tubuh. Pada kasus stroke, spirulina membantu mengarahkan
sel-sel otak sehingga mencegah stroke ulangan sekaligus mendorong regenerasi
sel, katanya. Namun, menurut Dr Komari tingginya kandungan protein pada
spirulina-mencapai 70%, tidak serta-merta meregenerasi sel. Tergantung
bagaimana tubuh mencerna zat itu. Oleh tubuh protein bisa dicerna menjadi asam
amino, hormon, atau hanya menjadi energi. Protein adalah salah satu sumber
energi, ujarnya.
Komari, doktor gizi, mengatakan kelebihan lain spirulina
adalah kandungan vitamin A dan D sangat baik bagi kesehatan mata dan tulang.
Kadar vitamin K mencapai 2,5 kali lipat dari kebutuhan dan zat besi yang
memenuhi 80% kebutuhan tubuh melancarkan peredaran darah. Kandungan kromium
pada spirulina mencapai 21% dari kebutuhan tubuh juga baik bagi penderita
diabetes untuk merangsang kinerja pankreas memproduksi insulin.
Masih ada faedah lain spirulina. Klorofil yang tinggi
berguna sebagai detoksifi kasi atau mengeluarkan racun termasuk radikal bebas
dalam tubuh. Radikal bebas memicu beragam penyakit seperti kanker, ujar dr
Maria Theresia Karnadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Spirulina juga kaya enzim
superoksida dismutase (SOD), mencapai 332-647. Peran SOD juga mengikat radikal
bebas.
Radikal bebas merupakan atom yang tak memiliki pasangan
sehingga reaktif merusak jaringan. Disebut radikal bebas karena mempunyai
kebebasan untuk melakukan pengikatan-pengikatan dengan senyawa-senyawa sekitar.
Stres dan pancaran sinar matahari menimbulkan radikal bebas, ujar dr Oetjoeng
Handajanto lulusan Fakultas Kedokteran Universitt Bochum Jerman. Nah, SOD mampu
mengikat radikal bebas sehingga menjadi sesuatu yang tidak lagi mampu mengikat.
Singkat kata thallophyta-tumbuhan tanpa akar, batang, dan
daun sejati-itu mampu mendongkrak kekebalan tubuh. Jika daya tahan tubuh
meningkat, mengurangi serangan penyakit. Bila daya tahan tubuh rendah, sel
darah putih tak mampu melawan penyebab penyakit, ujar dr Oetjoeng Handajanto.
Banyak cara
Selain bersifat preventif, spirulina pun dapat digunakan
sebagai terapi kuratif untuk mengatasi beragam penyakit. Menurut Yana Maolana
Syah MS PhD, peneliti bahan alam Institut Teknologi Bandung, spirulina
mempunyai komponen yang khas bernama oligosakarida. Ternyata oligosakarida
menjadi antivirus, antitumor, dan mencegah penyebaran kanker, ujar doktor Kimia
alumnus University of Western Australia itu.
Bagaimana spirulina mengatasi sel kanker? Itu lantaran
spirulina mampu menghasilkan faktor alfa seperti disampaikan Ali Khomsan. Alfa
zat kimia yang tokcer menggempur sel tumor. Mekanisme lain, lantaran tumbuhan
itu mengandung polisakarida yang mampu memperbaiki sintesis kode gen
deoxynucleutide acid (DNA). Spirulina juga meningkatkan aktivitas enzim inti sel
sehingga membuat DNA dalam kondisi baik dan sehat.
Dokter Oetjoeng menuturkan pada kasus kanker, spirulina
berperan mengatrol pH darah. Harap mafhum, tingkat keasaman darah penderita
kanker amat rendah 5,7-6,5. Padahal, idealnya pH darah 7,3. Bila pH darah turun
terus, darah kehabisan oksigen dan berakibat kematian, ujar dokter berusia 55
tahun itu. Spirulina dapat meningkatkan pH darah lantaran bersifat basa.
Sel kanker memang dipicu oleh makanan yang bersifat asam
seperti daging, telur, dan soda. Konsumsi berlebihan makanan bersifat asam
menyebabkan oksigenasi darah menurun. Akibatnya, tubuh lemas, lesu, dan capai.
Tubuh cuma memerlukan makanan asam 20%; basa, 80%. Keistimewaan spirulina tak
cuma itu.
Dalam khazanah pengobatan cina, hai zao alias spirulina
segar bersifat dingin dan asin. Bahan bersifat asin berfungsi melunakkan atau
menghancurkan. ?Oleh karena itu bagus diberikan untuk penyakit yang mengalami
pembengkakan atau benjolan di tubuh, termasuk tumor dan kanker. Bengkak itu
biasanya panas sehingga diobati dengan bahan yang bersifat dingin, ujar William
Aditeja, dokter alumnus Beijing University of Traditional Chinese Medicine.
Menurut Wahyu Suprapto, herbalis sekaligus dosen Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, dalam pengobatan cina ada 2 gejala penyakit:
yin dan yang. Jika seseorang dalam kondisi yang diberi obat bersifat yang dan
kondisi yin diberi obat yin, justru makin sakit. ?Spirulina itu mempunyai
karakteristik yin, jadi cocok untuk orang dengan gejala yang, ujarnya.
Penyakit dengan gejala yang-cenderung ingin sesuatu yang
dingin-contohnya diabetes. Namun, ada pula kencing manis bertipe yin ditandai
dengan kerap berurine.
Makanan
Spirulina kini banyak dikonsumsi dalam bentuk bubuk, cair,
dan tablet. Itu hasil olahan beberapa spesies spirulina yang telah diteliti
khasiatnya oleh berbagai perusahaan. Sekadar menyebut contoh PT Diamond
Interest merilis merek Spirulina, PT Elken Internasional Indonesia (Elken
Spirulina), PT K-Link Indonesia (Larutan Organik Spirulina), PT Luxor Inma
(Spirulina Pasifica), PT Pentamas Adhika Lestari (Spirumate), PT Surya Pagoda
Mas (Revita), dan PT Ultratrend Biotech (Spiruplus).
Hingga saat ini di Indonesia belum terdapat pembudidayaan
spirulina. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset spirulina, perairan Indonesia-tawar,
payau, dan laut-potensial untuk pengembangan ganggang hijau-biru. Syaratnya
antara lain pH 8, 5-11, bersih, dan bebas polusi. Lagi pula tumbuhan itu amat
adaptif di berbagai kondisi perairan.
Lokasi budidaya spirulina umumnya di mancanegara seperti
Amerika Serikat dan Cina. Hasil panen berupa spirulina cair diolah dengan
teknologi pengeringan beku untuk mencegah oksidasi terhadap betakaroten dan
asam lemak lain. Bahan bubuk itulah yang diolah menjadi kapsul, serbuk, atau
cairan spirulina. Produk mereka itu kini merambah pasar dan menjadi harapan
kesembuhan bagi para pasien.
Memang banyak bukti empiris khasiat spirulina mengatasi
beragam penyakit. Meski begitu, produsen dan para dokter tetap mengklaim
spirulina bukan obat, tapi makanan fungsional. Spirulina memang tidak
mengobati, tubuh memperbaiki diri sendiri, ujar dokter Oetjoeng. Ia
menganalogikan montir bila gagal menemukan onderdil, mobil tetap rusak dan tak
dapat berjalan. Onderdil bagi tubuh adalah makanan, spirulina onderdil yang
amat lengkap lantaran memberikan semua yang dibutuhkan tubuh.
Namun, menurut dr Dadang Arief Primana SpKO, SpGK konsumsi
suplemen tak perlu bila makanan sehari-hari memenuhi kategori gizi seimbang
sesuai kebutuhan. Zat-zat yang terkandung dalam spirulina sama dengan zat dalam
makanan lain, ujar dokter spesialis gizi klinis itu. Pada umumnya masyarakat
mengkonsumsi spirulina ketika sakit mereka tak kunjung sembuh, meski berbagai
pengobatan ditempuh seperti dialami Anthony Fu yang 4 tahun mengidap lupus.
Sebulan setelah rutin mengkonsumsi spirulina, kadar hemoglobin meningkat
menjadi 13 gram per dl dari sebelumnya 7 gram per dl.
Ahli gizi seperti Prof Dr Ali Khomsan menuturkan, suplemen
tetap diperlukan untuk menopang kecukupan nutrisi. Itu lantaran kadar nutrisi
spirulina lengkap dan lebih tinggi ketimbang makanan biasa. Contoh, protein
spirulina 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi, kalsium 6 kali lebih tinggi
ketimbang susu, dan zat besi 100 kali lebih tinggi daripada bayam. Kandungan
senyawa aktif itulah yang membantu mewujudkan harapan kesembuhan banyak pasien.
sumber majalah trubus.
1 komentar:
mantap tulisannya.. terimakasih sekali.
Posting Komentar