1. Siapkan 20 kg dedak, 3% Molase dan 3% EM4 (dari berat 20 kg bahan)
2. Campurkan air bersih 50% dari berat bahan (10 Liter air) dengan Molase dan EM4 tersebut aduk hingga rata
3. Campur larutan dengan dedak secara bertahap dan aduk
hingga rata
4. Masukkan hasil pencampuran ke tempat/ kantong plastik dan
tutup rapat jangan ada udara masuk
5. Simpan pada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari
langsung, Biarkan selama 2 sd 3 hari
6. Tanda – tanda fermentasi sdh selesai adalah timbul wangi,
ada jamur putih/ merah, terasa hangat
7. Dedak fermentasi dapat segera dicampurkan dengan pakan
pabrik dan diberikan ke ayam
8. Untuk mengawetkan dedak fermentasi harus dikerigkan
dengan cara diangin – angin
9. Simpan dedak pada tempat yang kering dan jangan terkena
air
Note ;
Dedak bisa juga diganti atau dicampurkan dengan jagung
ataupun lainnya untuk pakan ternak
Mengintip Peluang Dedak
Kalau ditangani secara profesional, ternyata berbisnis dedak
menguntungkan.
Dedak padi atau yang sering kita kenal sebagai bekatul atau
rice brand, merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan ransum ternak. Hal
ini lantaran kandungan energi dan proteinnya cukup tinggi. Walaupun dedak hanya
mengandung energi 2.500 kkal, keberadaannya bersama gaplek dan minyak sawit
mentah (CPO) bisa menjadi sumber energi yang dapat mengganti jagung.
“Untuk sumber energi, kita punya jagung, dedak padi. Kalau
misalkan dedak padi tidak ada, pakai pollard (dedak gandum). Kalau pollard
tidak ada, pasti main jagung, tapi kalau main di jagung terlalu mahal,” ungkap
Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc., pakar Ilmu
dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB.
Selain sumber energi, menurut Nahrowi, dedak juga bisa
menjadi sumber protein. Bahkan nilai protein dedak lebih tinggi ketimbang
jagung. Berdasarkan National Research Council (NRC) 1994, protein dari jagung,
dedak padi, gaplek, dan gandum berturut-turut sebesar 8,5, 12,9, 2,5 dan 14,1
persen
Ketersediaan
Di kalangan peracik pakan unggas, dedak padi biasanya
difungsikan sebagai penekan harga pakan. Namun belakangan ini, limbah padi
tersebut tidak bisa lagi menyandang fungsi itu. “(Bekatul) itu proteinnya
bagus, energinya juga bagus, harganya murah, dulu berfungsi untuk nurunin
harga, tapi sekarang tinggi (harganya),” ungkap FX Sudirman, Ketua Umum
Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT).
Menurut Sudirman, harga dedak normal sekitar Rp800 per kg,
tetapi selama dua tahun terakhir ini tidak pernah mencapai Rp1.000, selalu di
atas Rp1.500, bahkan akhir-akhir ini menembus angka Rp2.800 per kg. Melambungnya harga dedak tersebut tak
terlepas dari ketersediaannya di pasaran. “Pertama, suplainya kurang. Itu
disebabkan karena panennya gagal, bisa kelihatan juga dari harga beras mahal.
Yang kedua, kalau bekatul itu life time-nya sebentar, orang nggak bisa stok,”
terang salah satu petinggi Sierad Produce tersebut.
Menyikapi kondisi itu, ahli nutrisi di pabrik pakan
melakukan berbagai upaya, seperti mengeluarkan kandungan lemaknya lalu
dilanjutkan dengan proses pembentukan pellet. “Rice brand yang sudah diambil
minyaknya itu bisa lebih awet, dipellet juga jadi lebih mudah. Atau dengan
penyimpanan yang bisa menghambat oksidasi,” lanjut Sudirman.
Nahrowi berpendapat, ada cara untuk menjamin ketersediaan
yang murah, yaitu melalui fermentasi. Dengan teknik fermentasi yang sedang
dikembangkannya, daya simpan dedak bisa mencapai 6 bulan dan lebih hemat karena
tidak perlu pemberian imbuhan pakan (feed additive) dan probiotik. “Produk itu kaya akan bakteri asam laktat,
kaya akan asam organik. Ini ‘kan tambah berkualitas,” paparnya.
Prospek Dedak
Pemanfaatan dedak untuk pakan ternak di pasaran bersaing
dengan konsumsi manusia. “Permasalahan dedak ini, belum ada yang menangani
secara profesional. Yang ada hanya penjual-penjual saja. Kalau dedak ini
ditangani dengan bagus, sebetulnya manusia juga butuh. Dibeli dari penggilingan
padi, langsung diolah. Bahkan kalau dilihat asam lemaknya masih bagus, itu bisa
jadi makanan manusia, atau langsung diekstrak minyaknya. Minyaknya ini bisa
untuk (mengatasi) jantung koroner,” ungkap Nahrowi.
Gambaran omzet bisnis dedak paling tidak bisa dilihat dari
prediksi konsumsi pakan ternak non-ruminansia oleh GPMT. Untuk 2012
diperkirakan konsumsi pakan ternak nasional sebanyak 10,66 juta ton. Bila porsi
dedak dalam ransum pakan 12 persen, maka kebutuhan dedak mencapai hampir 1,3
juta ton setahun atau 100 ribu ton lebih per bulan. Bila harganya Rp2.000 per
kg saja, berarti omzet bisnis ini tak kurang dari Rp200 miliar sebulan.
Cukup
menggiurkan bukan bila Anda mau menangani dedak secara profesional?
Bekatul Fermentasi Genjot Bobot Ayam
Bekatul atau dedak halus sudah lama dipakai sebagai campuran
pakan ternak seperti bungkil jagung dan kedelai. Selain harganya murah, Rp1.200
– Rp1.500/kg, kadar protein yang dikandung kulit bulir padi itu cukup tinggi
mencapai 10 – 12%. ‘Pemakaian bekatul mencapai 20 – 30% dari total pakan,’ kata
Sobri. Sayangnya, bekatul mudah tengik karena memiliki ikatan asam lemak tidak
jenuh.
Kelemahan lain, bekatul mengandung asam fitat. Asam ini
merupakan zat antinutrisi yang mampu berikatan dengan protein dan mineral
seperti Ca, P, Fe, Zn, dan Mg. ‘Asam fitat sulit larut di air dan tahan panas.
Sebab itu bekatul sulit dicerna,’ kata Sobri yang merangkap dosen peternakan di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur.
Enzim fitase
Asam fitat di bekatul memang dapat menghambat pertumbuhan.
Terikatnya fosfor, misalnya, mengganggu pertumbuhan tulang dan kenaikan bobot
tubuh ayam. Menurut Ir A rnold P Sinurat, MS. PhD, peneliti utama Balai
Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor, ayam perlu 0,4 – 0,5% fosfor di dalam
pakan. Jumlah fosfor merosot karena terikat asam fitat. ‘Fosfor yang tersedia
hanya 0,25%,’ kata Arnold. Sebab itu dibutuhkan enzim fitase untuk meningkatkan
kadar fosfor.
Enzim fitase memecah asam fitat menjadi lebih sederhana.
Pada hewan ruminansia, enzim fitase diproduksi oleh rumen. Berbeda dengan
keluarga monogastrik alias lambung tunggal seperti keluarga unggas, enzim
fitase yang dihasilkan sedikit.
Enzim fitase dapat diproduksi melalui fermentasi. Adalah
Sujono yang menfermentasi bekatul sejak 2001. Sujono memakai kapang tempe
Rhizophus oligosporus yang mudah diperoleh sebanyak 2%. Itu terbukti mampu
memecah asam fitat menjadi asam lemak tak jenuh. Saat itu karbohidrat, lemak,
dan protein terhidrolisis menjadi senyawa sederhana.
Dalam bekatul terfermentasi pun terdapat asam lemak tidak
jenuh tunggal dan majemuk, antioksidan faktor 2, serta enzim superoksida
dismutase. Selain itu vitamin B dan asam amino meningkat. Asam amino, misalnya,
naik dari 7,36% menjadi 12,37% dan protein dari 12,09% menjadi 18,82%. Ujungnya
proses metabolisme kian lancar dan pertumbuhan optimal.
Rendah kolesterol
Berdasarkan pengamatan Sujono porsi bekatul fermentasi
sebagai campuran pakan dapat ditingkatkan sampai 40%. Ini menguntungkan
peternak karena menghemat biaya pakan. Ongkos fermentasi bekatul Rp150 –
Rp200/kg. ‘Ini masih lebih irit Rp200/kg dari total ransum,’ tutur Sobri. Nilai
itu dihitung dari harga pakan yang terus meningkat: jagung Rp2.500 – Rp3.000/kg
dan kedelai Rp5.600/kg.
Bekatul fermentasi memiliki keistimewaan lain, yakni
menurunkan kolesterol daging dari 54,44 mg menjadi 29,59 mg. Begitu pula
kolesterol telur, turun menjadi 196,49 mg/100 g bahan kering dari 252,07 mg/100
g bahan kering. Itu artinya, daging dan telur ayam broiler sehat dikonsumsi.
Tak hanya bekatul, bahan lain seperti solid heavy phase
(SHP) dari limbah cair sawit, singkong, daun singkong, onggok, kelapa, ampas
sagu, dan biji kopi, bisa difermentasi untuk campuran pakan. Itu dilakukan
Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor. Pada 2007 balai itu
memperkenalkan fermentasi SHP sebagai pengganti 25% jagung. Mikroba yang
dipakai sangat adaptif, mudah berbiak, dan tidak menghasilkan racun.
Proses fermentasi menunjukkan terjadinya
penurunan serat kasar, peningkatan protein, asam amino, dan energi metabolisme.
Dengan memfermentasi bahan-bahan campuran pakan, seperti bekatul dan SHP,
peternak memperoleh banyak keuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar